Memasuki bulan Februari di tahun 2017 masehi,
tahun Ayam Api dalam kalender China dan Musim Kering Penghabisan dalam kalender
Hijriyah. Gegap gempita masyarakat dibulan ini bersama-sama menyaksikan
berbagai peristiwa yang ditontonkan media elektronik, mulai televisi, radio,
media sosial dan berbagai media mainstream lainnya. Sesekali kita
dipertontonkan pola kehidupan masyarakat yang semakin hari terlihat “genit” dalam menjalankan keseharian
aktivitasnya.
Masyarakat yang semakin majemuk
tidak hanya dalam ragam budaya, tetapi cara berfikir, cara menggerakan ekonomi,
cara berpakaian, dan cara merespon reaksi atas berita-berita viral melalui media
sosial menjadi ciri-ciri “makhluk unik” tertentu dari sebuah
peristiwa-peristiwa merupakan reaksi atas pengetahuan
dan pergaulan logika yang dilakoninya. Februari ini berbarengan dengan hiruk
pikuk lalu lintas media sosial yang super sangat padat dengan berita-berita
bohong (baca: Hoax), bahkan seorang dokter kesehatan harus mengklarifikasi
atas pencatutan namanya dalam sebuah viral tentang tata cara pengobatan dengan
menggunakan ramuan-ramuan yang justru bukan menyehatkan malah membuat yang coba
dengan ramuan racikan itu menjadikan kesehatannya semakin buruk, inilah
pentingnya membaca ulang viral (WhatsApp)
atau pesan-pesan kebohongan yang justru mencelakakan masyarakat luas. Viral
media sosial tentang kabar bohong tidak hanya tentang Kesehatan, lebih jauh
dari itu tentang Kekuasaan, Fitnah dan Intrik Kejahatan-kejahatan lainnya yang
bahkan bisa merusak nilai-nilai kebudayaan lokal “kearifan lokal” yang sudah mengakar menjadi pudar dikarenakan akibat
membaca berita-berita bohong yang terus menerus seolah-olah menjadi kebenaran
karena disebarluaskan tanpa berkesudahan.
Baca 101 HARI NARASI HOAX MUSUH PEMILU
Baca 101 HARI NARASI HOAX MUSUH PEMILU
Kini sudah pertengahan bulan
Februari, media sosial asyik-asyiknya membahas viral tentang Cinta Kasih (baca:valentin)
disetiap tahun meski ada pro kontra dalam menyikapi tentang peristiwa tanggal
14 Februari, sepertinya Valentine sudah menjadi “momen penting” yang disikapi dengan cara sudah tidak biasa lagi
karena telah menjelma jadi momen luar biasa bagi kebudayaan lokal dan merubah
pola cara pandang generasi muda terhadap peristiwa ini, industri cokelat dan
industri kreatif telah menawarkan aneka macam ragam pilihan dalam merayakan
momen valentin, semakin miris. Kita melihat dan menyaksikan bahwa momen ini tidak lagi dilihat
sebagai bahan refleksi bagi masing-masing individu tentang kasih sayang terhadap sesama dalam menjalankan aktivitasnya baik di
dunia nyata maupun di dunia maya (medsos). Terulsah kita berkasih sayang setiap
detik terhadap keluarga, tetangga, dan sesama anak bangsa tanpa harus menunggu
tahun depan.
Baca Elekstabilitas Pasangan Presiden NUR HADI-ALDO
Baca Elekstabilitas Pasangan Presiden NUR HADI-ALDO

Penulis mencoba selama
hampir beberapa bulan tidak mengikuti Facebook
sebagai Media Berita Kabar Teman, hasil
dari off terhadap media satu ini banyak pelajaran yang bisa di lakukan dalam
perbaikan prilaku menggunakan media sosial. Baca Juga : kesegaran dan akal logika Facebook tidak sekedar sebagai Dinding Genit lebih dari itu bahwa media
ini harus menjadi corong suara kebenaran, apabila semua pengguna medsos
terbesar ini menggunakan untuk kebaikan-kebaikan dan menghindari ujaran-ujaran
kebencian maka akan berlimpah suatu sistem teknologi yang memiliki energi positif
yang sangat sehat bagi para penggunanya. Masih saja ada yang menggunakan media
sosial (facebook, WhatsApp, dll) hanya sekedar sarana unjuk gigi agar mendapatkan LIKE sebanyak mungkin, dan ada kepuasan
personal apabila mendapatkan sejuta LIKE inilah kekeliruan pertama dalam
menggunakan medsos karena lemahnya dalam literasi media. Setelah Valentin,
Pilkada maka segeralah berubah sejak dalam fikiran untuk menggunakan Media
Sosial (Facebook, WhatsApp, dll) untuk hal-hal positif dan mengajak pada logika
cara berfikir positif. Positif, Positif
dan Teruslah Berpositif Sejak Dalam Fikiran.