Mengenal Lebih Singkat 2 Paku Bumi NKRI
Dua organisasi Islam terbesar di Indonesia sebagai organisasi yang memiliki
basis massa besar dan memiliki komitmen ke-Indonesian yang sudah tidak perlu diragukan
lagi yaitu Muhammadiyah dan NU. Refleksi Usia 107 Tahun dan 91 Tahun dalam
Merajut Kembali Harapan Baru Membangun Negeri.
Baca Juga Muslimat Bukan Emak-Emak Biasa
MUHAMMADIYAH
DAN SEJARAHNYA
Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad
Dahlan di Kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18
November 1912. Persyarikatan Muhammadiyah didirikan untuk mendukung usaha KH
Ahmad Dahlan untuk memurnikan ajaran Islam yang dianggap banyak dipengaruhi
hal-hal mistik. Pada masa kepemimpinan Ahmad Dahlan (1912-1923), pengaruh
Muhammadiyah terbatas di karesidenan-karesidenan seperti: Yogyakarta,
Surakarta, Pekalongan, dan Pekajangan, daerah Pekalongan sekarang. Selain
Yogya, cabang-cabang Muhammadiyah berdiri di kota-kota tersebut pada tahun
1922. Pada tahun 1925, Abdul Karim Amrullah membawa Muhammadiyah ke Sumatera
Barat dengan membuka cabang di Sungai Batang, Agam. Dalam tempo yang relatif
singkat, arus gelombang Muhammadiyah telah menyebar ke seluruh Sumatera Barat,
dan dari daerah inilah kemudian Muhammadiyah bergerak ke seluruh Sumatera,
Sulawesi, dan Kalimantan. Pada tahun 1938, Muhammadiyah telah tersebar
keseluruh Indonesia. Bidang Akidah Muhammadiyah Akidah merupakan dasar pokok
keyakinan beragama. Oleh sebab itu ia menjadi titik awal dalam bahasan tentang
keimanan. Pambahasan akidah ini umumnya meliputi persoalan sebagai berikut ; 1.
Ilahiyyah, yaitu segala hal yang membahas tentang ilah (Allah) seperti wujud
Allah ,kehendak Allah,ketentuan Allah. 2. Nubuwwah, yaitu pembahasan mengenai
segala sesuatu yang berkenaan dengan nabi dan Rasul,termasuk pembahasan
mengenai kitab-kitab Allah,dan mukjizat. 3. Ruhaniyyah, yaitu pembahasan yang
berhubungan dengan alam metafisik, 4. Syam’iyah,yaitu pembahasan tentang segala
yang dapat diketahui lewat syam’i(mendengar berita dari dalil naqli berupa
Al-qur’an dan sunah Rasul. Secara histories aqidah islam yang berkembag
dikalangan umat islam ada dua kelompok ; 1. Aqidah salaf,aqidah yang dibangun
semata-mata berdasarkan wahyu,yaitu Alqur’an dan as-sunnah,tanpa ada tambahan
filosofis. 2. Aqidah islam yang dibangun atas campur tangan pemikiran
fikosofik.
Baca Juga HARLAH 92 TAHUN NU : Kebangkita Wirausahan dan Wawasan Luas
NU DAN AWAL SEJARAHNYA
Nahdlatul Ulama (NU), adalah sebuah
organisasi Islam yang terbesar di Indonesia. Organisasi ini berdiri pada 31
Januari 1926 dan bergerak di bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi.Suatu waktu
Raja Ibnu Saud hendak menerapkan asas tunggal yakni mazhab Wahabi di Mekkah, kalangan
pesantren yang selama ini membela keberagaman, menolak pembatasan bermazhab dan
penghancuran warisan peradaban tersebut. Dengan sikapnya yang berbeda itu
kalangan pesantren dikeluarkan dari anggota Kongres Al Islam di Yogyakarta pada
tahun 1925. Akibatnya kalangan pesantren juga tidak dilibatkan sebagai delegasi
dalam Mu’tamar ‘Alam Islami (Kongres Islam Internasional) di Mekkah yang akan
mengesahkan keputusan tersebut. Didorong oleh minatnya yang gigih untuk
menciptakan kebebasan bermazhab serta peduli terhadap pelestarian warisan
peradaban, maka kalangan pesantren terpaksa membuat delegasi sendiri yang
dinamakan Komite Hejaz, yang diketuai oleh K.H. Wahab Hasbullah. Atas desakan
kalangan pesantren yang terhimpun dalam Komite Hejaz, dan tantangan dari segala
penjuru umat Islam di dunia, maka Raja Ibnu Saud mengurungkan niatnya.
Hasilnya, hingga saat ini di Mekkah bebas dilaksanakan ibadah sesuai dengan
mazhab mereka masing-masing. Itulah peran internasional kalangan pesantren
pertama, yang berhasil memperjuangkan kebebasan bermazhab dan berhasil
menyelamatkan peninggalan sejarah dan peradaban yang sangat berharga. Berangkan
komite dan berbagai organisasi yang bersifat embrional dan ad hoc, maka setelah
itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup dan lebih
sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan zaman.
Baca Juga Buku Amaliyah NU dan Dalilnya
Maka setelah berkordinasi
dengan berbagai kyai, akhirnya muncul kesepakatan untuk membentuk organisasi
yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari
1926). Organisasi ini dipimpin oleh K.H. Hasyim Asy’ari sebagai Rais Akbar.
Untuk menegaskan prisip dasar organisasi ini, maka K.H. Hasyim Asy’ari
merumuskan kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab
I’tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan
dalam khittah NU, yang dijadikan sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam
berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik. Bidang
Keagamaannya NU menganut paham Ahlussunah waljama’ah, sebuah pola pikir yang
mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrim
naqli (skripturalis). Karena itu sumber pemikiran bagi NU tidak hanya
al-Qur’an, sunnah, tetapi juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan
realitas empirik. Cara berpikir semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu
seperti Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansur Al-Maturidi dalam bidang teologi.
Kemudian dalam bidang fiqih lebih cenderung mengikuti mazhab: imam Syafi’i dan
mengakui tiga madzhab yang lain: imam Hanafi, imam Maliki,dan imam Hanbali
sebagaimana yang tergambar dalam lambang NU berbintang 4 di bawah. Sementara
dalam bidang tasawuf, mengembangkan metode Al-Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi,
yang mengintegrasikan antara tasawuf dengan syariat. Gagasan kembali kekhittah
pada tahun 1984, merupakan momentum penting untuk menafsirkan kembali ajaran
ahlussunnah wal jamaah, serta merumuskan kembali metode berpikir, baik dalam
bidang fikih maupun sosial. Serta merumuskankembali hubungan NU dengan negara.
Gerakan tersebut berhasil kembali membangkitkan gairah pemikiran dan dinamika
sosial dalam NU.
*disarikan
dari berbagai sumber
Download : Sejarah 2 Paku Bumi NKRI