e6GvGCdbTzFsmYvH0IfUvnO72MWscluP9AUkD1SU

DIAM UNTUK KESALEHAN SOSIAL-Part 2 (setelah hari ke-25)

Dua puluh lima hari, setelah mangkatnya Sang Guru baca juga Diam Untuk Kesalehan Sosial-Part 1 (setelah hari ke-10) kini kabar duka mangkatnya Tokoh Nasional senior panutan gerakan mahasiswa santri (baca: PMII) sebagi berita viral saling bersahutan bentuk rasa duka belasungkawa yang mendalam. Alfatihah.

Kematian tidak pernah mengenal usia dan waktu, datang tidak diundang dan semua makhluk akan menghadapinya menunggu waktu ke waktu azal menjemputnya. Setiap kematian adalah kedukaan yang mendalam apalagi bila kematian itu menjemput ruh-ruh manusia yang dalam kesehariannya di penuhi dengan Hubungan Vertikal (Dzikir), Hubungan Kemanusiaan dan Alam (Fikir) dan Hubungan Horisontal (Amal Sholeh).

Sang Guru sebagai inspiratif dalam kehidupan keseharian bagi salik (murid) mengajarkan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan mengajak para salik tidak hanya mengenal tentang Tuhannya, mengajak untuk mengenali dirinya atas nafsu dan serakahnya dari sebuah simbol-simbol hidup. Manusia selalu merasa dirinya akan terus berusaha sekuat energi yang ada untuk mengejar dan memenuhi simbol kemapanan kehidupan.


Kesabaran dari semua menghadapi simbol-simbol kemapanan kehidupan, Sang Guru dalam suka dan sedih selalu menunjukkan rasa sabar yang begitu besar yang seolah-olah mengajarkan praktik nyata dalam menjalani kehidupan. Pada suatu waktu dengan sangat sabar dan penuh ketenangan mengajak penulis, Sang Guru sambil nyetir mobil mengajarkan bahwa kendaraan hanyalah alat sedangkan tujuan dari alat ini untuk mengantarkan kita ke tempat tujuan. Sampai ditujuan itulah kita baru menyadari sangatlah rugi bila kita tidak pandai bersyukur setelah di tujuan, ya inilah cara Sang Guru mengajarkan arti sebuah Kesabaran dan Rasa Syukur atas nikmat yang telah diberikan Tuhan. Inilah makna dalam dari sebuah proses hubungan vertikal (Dzikir) ... Part 3
Related Posts

Related Posts