
Kematian tidak pernah mengenal usia dan
waktu, datang tidak diundang dan semua makhluk akan menghadapinya menunggu
waktu ke waktu azal menjemputnya. Setiap kematian adalah kedukaan yang mendalam
apalagi bila kematian itu menjemput ruh-ruh
manusia yang dalam kesehariannya di penuhi dengan Hubungan Vertikal (Dzikir), Hubungan Kemanusiaan dan Alam (Fikir) dan Hubungan Horisontal (Amal Sholeh).
Sang Guru sebagai inspiratif dalam kehidupan
keseharian bagi salik (murid)
mengajarkan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan mengajak para salik tidak
hanya mengenal tentang Tuhannya, mengajak untuk mengenali dirinya atas
nafsu dan serakahnya dari sebuah simbol-simbol hidup. Manusia selalu merasa
dirinya akan terus berusaha sekuat energi yang ada untuk mengejar dan memenuhi
simbol kemapanan kehidupan.
Kesabaran dari semua menghadapi simbol-simbol
kemapanan kehidupan, Sang Guru dalam suka dan sedih selalu menunjukkan rasa
sabar yang begitu besar yang seolah-olah mengajarkan praktik nyata dalam
menjalani kehidupan. Pada suatu waktu dengan sangat sabar dan penuh ketenangan
mengajak penulis, Sang Guru sambil nyetir mobil mengajarkan bahwa kendaraan
hanyalah alat sedangkan tujuan dari alat ini untuk mengantarkan kita ke tempat
tujuan. Sampai ditujuan itulah kita baru menyadari sangatlah rugi bila kita
tidak pandai bersyukur setelah di tujuan, ya inilah cara Sang Guru mengajarkan arti
sebuah Kesabaran dan Rasa Syukur atas nikmat yang telah diberikan Tuhan. Inilah
makna dalam dari sebuah proses hubungan vertikal (Dzikir) ... 持续 Part 3