e6GvGCdbTzFsmYvH0IfUvnO72MWscluP9AUkD1SU

SUDUT ITU BUKAN SEKEDAR POJOK

POJOK atau sering disebut Sudut dari sebuah tempat selalu membawa kisah cerita tentang peristiwa-peristiwa dalam sebuah perjalanan sejarah ummat manusia. Tokoh-tokoh pemikir baik Internasional maupun nasional selalu menginspirasi dari sebuah sudut pojok ruangan. Gus Dur memiliki tempat khusus di kantor PB NU ada ruang disudut pojok sebagai tempat menelaah dan mengkaji berbagai pengetahuan dan diskusi, Einstein penemu rumus energi sang fisikawan konon mengkaji dan melakukan observasisanya dari sudut (baca:pojok) ruangan rumahnya. Ya itulah sekilas beberapa tokoh yang menginspirasi sebuah peradaban dengan gagasan-gagasanya yang lahir dari sudut ruangan alias pojok. Begitu juga anda pasti suka dan asyik dalam sebuah sudut yang terpojok..hehe...
baca juga Touring Pagi Antara Espresso dan Gusti Allah
Pagi ini aku mengunjungi tempat yang dulu Maha Guruku selalu berada di sudut ini (lihat foto) setiap waktu antara maghrib dan isya beliau selalu berada disudut ini. Sudut ini mungkin banyak yang tidak tahu bahwa dari sudut/pojok rumah ibadah ini sebagai tempat menginspirasi yang nuansa dan auranya memiliki keterangan dan kedamaian yang mendalam. Tiada semua salik (murid) biasanya di ajak beritikaf (diam diri dalam renungan) untuk sekedar memberikan energi positif dalam melancarkan aliran derasnya nalar berfikir seharian. Sudut pojok ini menginspirasi tentang sebuah arti perjuangan, keakraban dan persahabatan perjalanan spiritualitas.
Sudut itu dalam beberapa momen selalu hadir “solah-olah” memanggil untuk memaksa mengunjungi sudut, dalam tengah malam yang sepi dan sudut sepi dari sebuah tempat ibadah Maha Guru selalu melakukan laku konsisten “istiqomah” setiap sepinya malam berada di sudut POJOK dalam “khalwat”nya. Beberapa kisah mengkabarkan bahwa dalam sudut Pojok itu selalu memunculkan ide-ide cemerlang dalam mewujudkan mimpi-mimpi sebuah bangunan kehidupan.
Pojok sebagai struktur terkuat dari konstruksi bangunan kehidupan mengajarkan pentingnya keberadaan diri kita dalam sebuah perjalanan renungan ke-hambaan. Refleksi kita sebagai makhluk-Nya selalu merasa butuh atas Rahman dan Rahim-Nya (kasih-sayang) ketika dalam suasana terpojok (baca:kepepet). Pergumulan malam dan pojok dalam sebuah spiritual mengajarkan pentingnya dedikasi tinggi dari seorang hamba untuk menjemput Kasih Sayang-Nya.
Diam Untuk Kesalehah Sosial-Part 1
Ketika malam itu, sebuah perjalanan spiritual salik (murid) diuji dengan memahamkan arti sebenarnya dari sebuah makna congkaknya menghamba ditengah malam. Ibadah vertikal (mahdhah) tidak perlu ditunjukkan dengan kesombongan hamba karena sebenarnya dalam sebuah kesombongan tidak bisa dimiliki oleh makhluk-Nya. Kesegaran pikiran dan kuatnya nalar sehat menjadikan kita berefleksi di kehidupan keseharian, bahwa kesombongan dan keangkuhan terlahir dari sikap dan mengesampingkan peran makhluk lainnya.

Kini sore beranjak malam, berputarnya bumi yang menurut penglihatan mata, matahari yang berputar memaksa bumi untuk menjadi malam, dengan merawat akal sehat dan nalar positif kita maka hanya pandangan mata yang menjadikan kekaburan ketika kita berhadapan dengan semua makhluk-Nya. Kita rawat nalar positif kita dan kita terus rawat jalan spiritual individu sebagai hamba yang memiliki cara dan jalannya masing-masing dalam melakukan ibadah vertikal (mahdhah) dan horisontal (ghairu mahdhah). Semakin malam semakin terbuka pintu-pintu nalar kesegaran kita, karena siang belum bisa mengajarkan arti penting ibadah vertikal. Kegembiraan dan kesedihan akan selalu meliputi hari-hari para hamba-Nya dalam mencari sebuah jati diri dalam beraktivitas di siang hari, maka siang dan malam perjalanan spiritual harus seimbang antara ibadah vertikal dan horisontal. 
Selamat malam dan mari kita jemput mimpi indah malam dengan memojokkan diri dalam menyatunya ibadah vertikal dan horisontal. Siang dan Malam hanyalah sirkulasi waktu penanda kita sudah seberapa jauh mentradisikan AMAL SHOLEH.
Related Posts

Related Posts