Itu sekilas suasana setiap sore menjelang
maghrib di tempat yang nuansanya berada di sebuah daerah sederhana dengan
musholla kecil (sepi dan nyaman untuk "nyepi") berada di bantaran tepian rel kereta api. Saya perhatikan dengan
penuh kesabaran para guru muda (ustadz) dengan telaten dan penuh kesabaran menata
meja belajar dan membersihkan ruangan yang baru saja digunakan untuk belajar
membaca al-furqon (baca: al-qur’an).
Inilah suasana yang mengingatkan kembali pada sebuah nilai perjuangan (dakwah) yang paling penting untuk
mempersiapkan generasi pembeda (furqon) dimasa yang akan datang.
Perjuangan (dakwah) tidak perlu dengan ambisius untuk menguasai daratan,
lautan bahkan udara. Perjuangan sederhana yang akan membawa dampak positif
dikemudian hari inilah yang sangat penting, sejak dini menanamkan nilai-nilai pembeda dengan generasi yang sudah
terlahir dahulu adalah menjadi penting untuk sebuah perjuangan (dakwah).
Generasi terdahulu (jahil-yah) masih tetap saja asyik dengan cara berfikir lama
yang mengandalkan logika berfikir berbasis kapital (baca : modal, duit). Touring Pagi Antara Espresso dan Gusti Allah
Bersama hadirnya bulan ketujuh dari kalender
hijriyah (baca: Rajab) mengajak kita
untuk selalu menyelaraskan akal logika dengan realitas kehidupan di sekitar
kita. Peristiwa Rajab yang selalu menghadirkan pertentangan logika dan kuasa
atas pemilik-Nya (baca : Tuhan) menjadi jembatan bahwa antara rasionalitas
berfikir memiliki batas-batas yang harus diselarasakan dengan ajaran
nilai-nilai mulia berkehidupan (ber-agama).
Selamat Menyambut Rajab 1438 H,
Mari Kita Pelihara Logika Positif (hindari prasangka) atas Perjalanan Jauh
(Mi’raj) dan Perjalanan Singkat (Isra') Kita Mengelola Kehidupan Keseharian Kita.
Baca Juga : Renungan Kekinian Di Era Digital
Baca Juga : Renungan Kekinian Di Era Digital