e6GvGCdbTzFsmYvH0IfUvnO72MWscluP9AUkD1SU

PUTUS CINTA, ASAP KRETEK DAN SEBUAH PESAN

Siang hari dengan panas terik matahari menyengat, siang ini menepi untuk mencari pahit-nya serbuk kopi yang diseduh dengan harga desa yang murmer alias murah meriah. Tempat ini beberapa hari yang lalu menjelang larut malam ada sekelompok anak muda yang sedang asyik bermain game strategi alias COC. Meja kesatu dekat kasir  ada anak muda yang sibuk dengan laptop dan sibuknya seolah-olah bahwa google dapat menjawab dan menyelesaikan masalahnya. Seketika ada muda-mudi turun dari sepeda motor hasil modifikasi, mereka terus duduk berhadap-hadapan di meja dua baris ke tiga, si lelaki kurus “jangkung” itu memanggil pelayan dan memesan secangkir kopi sedangakn si remaja putri berbadan tambun itu sesekali mengusap air mata yang semakin deras mengalir di pipinya. 
Pelayan datang membawa pesanan si lelaki kurus itu, korek diambil dari saku lelaki itu, sebungkus rokok kretek 234 ditaruh diatas meja dia hirup berbarengan dengan uap kopi yang masih panas. Sesekali si remaja putri itu terus menyeka air matanya yang terus meleleh seperti lelahan gunung Everest yang terkena dampak perubahan iklim karena tangan-tangan manusia yang membuang sampah sembarangan dan menebang pohon sesuka hati. Tanpa tisue si remaja putri itu terus menatap si lelaki kurus itu dengan tatapan sayu penuh harap, si lelaki kurus itu terus menghisap kreteknya dan mereka berdua tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Suasana warung kopi pinggir jalan ini terasa sepi dan malam semakin larut, disudut warung masih terlihat penggemar COC terus memainkan strateginya sambil sesekali melihat adegan sinetron yang dipertontonkan oleh muda-mudi yang sedang menangis tersedu-sedu dan si lelaki kurus itu terus menghisap rokok hingga rokok baru berganti karena batas aman rokok sudah habis. Malam itu penulis yang berada di meja ke satu baris pertama sesekali melihat ada kegundahan yang mendalam yang dirasakan si remaja putri itu, dia terus meneteskan air matanya meskipun mereka berdua diam membisu tanpa galak canda apalagi puisi-puisi indah. Lilin Harapan Tentang puisi teringat Sayap-sayap Patah karya Kahlil Gibran :
Wahai Langit
Tanyakan pada-Nya
Mengapa dia menciptakan sekeping hati ini
Begitu rapuh dan mudah terluka..
Begitu kuat dan kokoh
Saat berselimut cinta dan asa...
Mengapa dia menciptakan rasa sayang dan rindu
Didalam hati ini..
Mengisi kekosongan di dalamnya
Menyisakan kegelisahan akan sosok sang kekasih
Menimbulkan segudang tanya
Menghimpun berjuta asa
Memberikan semangat..
Juga meninggalkan kepedihan yang tak terkira
Mengapa dia menciptakan kegelisahan dalam relung jiwa
Menghimpit bayangan
Menyesakkan dada
Tak berdaya melawan gejolak yang menerpa ...
Wahai ilalang ...
Pernah kan kau merasakan rasa yang begitu menyiksa ini
Mengapa kau hanya diam
Katakan padaku
Sebuah kata yang bisa meredam gejolak hati ini..
Sesuatu yang dibutuhkan raga ini ..
Sebagai pengobat tuk rasa sakit yang tak terkendai
Desiran angin membuat berisik dirimu
Seolah ada sesuatu yang kau ucapkan padaku
Aku tak tahu apa maksudmu
Hanya menduga....
Puisi sayap-sayap patah ini sebenarnya panjang sekali, penulis coba mengambil sebagian dari apa yang dicatatkan oleh Kahlil Gibran atas luka yang sedang dialami. Malam itu beberapa pengunjung (baca:warkop) satu-satu beranjak meninggalkan tempat duduknya dan memutuskan koneksi internetnya. Si kurus “jangkung” dan si remaja putri itu terus berdiam diri membisu, apa yang terjadi dengan mereka atas kegalauan dan kegelisahan yang dirasakan hanya Tuhan dan mereka berdua yang TAHU. Sampai waktu menunjukkan pukul 23.00 Waktu Indonesia Barat, Si kurus “jangkung” ternyata terus berlindung dibalik rasa pahit KOPI dan ASAP KRETEK.
Selamat Malam dan NGOPI-lah.
Related Posts

Related Posts