
Baca Juga : Melihat Demokrasi Dari Jawa Timur : Setelah Peperangan Jakarta Siapa Pemenangnya?
Bersyukur juga ada beberapa WAG nasional yang “fokus” dengan urusan-urusan peruntukan group sesuai tujuan dan namanya. Meme (baca:gambar berbicara) atau seruan-seruan agar mengenal sang calon atau gambar pasangan calon yang mencoba ditawarkan oleh beberapa orang anggota group dengan bahasa yang “se-renyah” gorengan atau hanya sekedar uji coba respon atas suasana membangun jembatan menjawab kebekuan-kebekuan komunikasi elit politik Jawa Timur.
Baca : Menyembah WhatsApp Memuja Facebook, Nikah Sirri Tuhan Ora Urusan
Ada yang men”jual” tentang pentingnya pemimpin dari Kualitas, Pengalaman, Bahkan tentang Kepedulian terhadap lembaga-lembaga pendidikan keagamaan atau berselfi ria dengan kaum papa di setiap momen aktivitasnya...well..hal itu masih sangat wajar sebagai upaya membentuk citra diri atau bahasa populernya meraih mimpi dari PENCITRAAN..hehe.
Baca : Valentine, Pilkada dan Perubahan Iklim Medsos
Jawa Timur menjadi provinsi yang paling luas
dibandingkan dengan provinsi lainnya di pulau jawa, mayoritas penduduk Jawa
Timur berbahasa jawa dan madura. Meminjam istilah Ayu Sutarto (2004) Jawa Timur
terbagi menjadi sepuluh kawasan kebudayaan yang terdiri dari empat kawasan
kebudayaan besar yaitu Mataram, Arek, Madura Pulau, Pandalungan dan enam
kawasan kebudayaan kecil terdiri dari Jawa Panoragan, Osing, Tengger, Madura
Bawean, Madura Kangean dan Samin (Sedulur Sikep). Kawasan kebudayaan inilah
yang menjadikan karakteristik unik yang dimiliki Jawa Timur bebeda dengan
daerah lainnya yang hanya satu atau dua kawasan kebudayaan, meskipun dengan
berbagai ragam dan corak kebudayaan serta kearifan lokal yang dimiliki,
masyarakat Jawa Timur mampu bersatu sebagi satu kawasan provinsi. Pemilihan
gubernur dan wakil gubernur Jawa Timur berbarengan dengan 18 daerah kabupaten
dan kota yang melaksanakan pemilihan kepala daerah serentak di tahun 2018. Ada
5 kota yang akan melaksanakan pemilihan kepala daerah meliputi Kota Malang, Kota
Kediri, Kota Madiun, Kota Probolingo, Kota Mojokerto dan 13 kabupaten meliputi
Kabupaten Pasuruan, Bojonegoro, Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Bondowoso,
Madiun, Probolinggo, Lumajang, Magetan, Jombang, Nganjuk, Tulungagung. Baca Juga : Demokrasi Jawa Timur : Koalisi Semangka atau Cukup Degan Ijo
Tantangan kekeinian dalam mempersiapkan
daerah-daerah yang melaksanakan pemilihan kepala daerah adalah melihat sedini
mungkin menjadikan SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan) sebagai alat
untuk meraih sebuah kekuasaan semata, dengan memaksimalkan sesegera mungkin peran-peran
kebudayaan dan kearifan lokal daerah sebagai alat untuk merawat persatuan.
Jakarta sebagai ibu kota negara yang telah
melaksanakan perhelatan pemilihan kepala daerah menjadi contoh dari sekian
pengalaman berdemokrasi dengan pernak-pernik unik yang mungkin saja akan
diadopsi di beberapa daerah, berlebihan memang bila kita mengatakan bahwa Jakarta
sebagai ibu kota gagal dalam mewujudkan iklim berdemokrasi, karena hampir disetiap
tayangan televisi nasional atau berita-berita media mainstream selalu diliputi
dengan suasana pemberitaan yang tidak berimbang yang tidak lagi sejuk dan
menyejukkan sebagai alat ukur satu-satunya. Baca Juga : Jawa Timur Tentukan SIkapmu : Politik Kriuk-Kriuk
Penggunaan media sosial dan tidak berdayanya lembaga negara pengawal demokrasi dalam mengontrol lalu lintas medsos yang tiap detik memproduksi ujaran kebencian (hate speech) dengan dalih dan tujuan yang sulit dicari pembenarnya. Memproduksi ujaran kebencian sangatlah mudah daripada menyerukan kebajikan karena dalam seruan kebajikan ada tuntutan teladan yang harus dilakukan bagi siapapun yang menyeru kebajikan.
Baca : Pembangunan Berkelanjutan 2030
Penggunaan media sosial dan tidak berdayanya lembaga negara pengawal demokrasi dalam mengontrol lalu lintas medsos yang tiap detik memproduksi ujaran kebencian (hate speech) dengan dalih dan tujuan yang sulit dicari pembenarnya. Memproduksi ujaran kebencian sangatlah mudah daripada menyerukan kebajikan karena dalam seruan kebajikan ada tuntutan teladan yang harus dilakukan bagi siapapun yang menyeru kebajikan.
Baca : Pembangunan Berkelanjutan 2030
Jawa Timur sebagai daerah dengan keragaman
kawasan kebudayaan yang dimiliki menjadi barometer kedua dalam melaksnakan
proses demokrasi di kawasan timur Indonesia bahkan bisa menjadi pilihan
percontohan nasional yang mampu men-Zero-kan
dari ujaran kebencian baik di DUMAY (baca:dunia maya) bahkan dibuktikan dalam
DUNYA (baca:dunia nyata). Dukungan mewujudkan demokrasi “sejuk” dalam pemilihan
kepala daerah Jawa Timur tidak hanya menjadi tanggung jawab para ALIT setiap individu
masyarakat tapi adanya kemauan bersama dan peran besar dari para ELIT
(baca:politisi, pengusaha, agamawan, tokoh masyarakat) tentu untuk tujuan mulia
yaitu mewujudkan Kesejahteraan Rakyat dan Contoh berdemokrasi IDEAL NASIONAL.
Selamat
berakhir pekan, salam buat keluarga pembaca setia dan SELAMAT DATANG POLITIK KEGEMBIRAAN.
Baca Juga : Generasi Milenial antara Malas dan Semangat
Baca Juga : Generasi Milenial antara Malas dan Semangat