
Dibukanya
kran pendaftaran calon gubernur dan calon wakil gubernur serta deklarasi
tunggal dukungan dari para elite partai politik adalah hal dibatas kewajaran,
karena dalam “pergolakan” politik siapa yang memulai star lebih awal akan
sampai garis finish lebih dahulu, tetapi dalam politik bisa juga sebaliknya
pemenangnya dari sebuah “pergolakan” adalah yang muncul terakhir semacam
film-film besutan bollywood “jagoan” selalu datang diakhir pertempuran.
Melihat
sekilas jalan panjang perhelatan demokrasi Jawa Timur pernah muncul tagline pasangan
pemilukada di tahun 2008 KarSa dan KaJi sebagai pasangan yang mampu lolos pada
putaran kedua pilkada, dan akhirnya pasangan
KarSa unggul tipis dari pasangan KaJi. Tahun 2013 dua pasangan ini
kembali bertarung dengan tagline KarSa II dan KaJi menjadi BerKah, perhelatan
ini sampai diadakan sidang sengketa pilkada di Mahkamah Konstitusi dan
dimenangkan oleh pasangan KarSa. Kini Jawa Timur sudah memiliki kedewasaan
demokrasi yang “matang” berbeda dengan sepuluh tahun yang lampau dimana
pertentangan mendasar tidak lagi berkaitan substansi mendasar tentang mewujudkan
demokrasi tapi kini dari kematangan itulah perlunya kamauan keras untuk merawat
demokrasi. Tahun 2018 momentum demokrasi Jawa Timur akan diuji secara Nasional,
kenapa Jawa Timur begitu penting karena secara letak geografis wilayah Jawa
Timur sebagai pintu masuk Indonesia untuk wilayah timur Indonesia. Melihat Demokrasi dari Jawa Timur Setelah Peperangan Jakarta
Geliat
partai politik berbarengan dengan munculnya survei-survei di media sosial dalam
menjaring dan memunculkan calon Gubernur dan Wakil Gubernur sedang berlangsung bersamaan
dengan jamuan safari-safari ramadhan partai politik sampai tingkat yang paling
bawah yaitu masyarakat. Jargon KOALISI SEMANGKA atau Religius dan Nasionalis
masih tetap relevan untuk wilayah Jawa Timur sebagai basis masyarakat yang kuat
dalam mengamalkan nilai-nilai keagamaan dengan berlandaskan kearifan lokal,
jargon Koalisi Semangka dalam bahasa komunikasi untuk menggambarkan bahwa Hijau
(baca:religius) dan Merah (baca:nasionalis) adalah pasangan ideal untuk
perubahan Jawa Timur atau dengan KOALISI DEGAN IJO saja sudah cukup sebagai
pasangan ideal dalam merawat demokrasi Jawa Timur yang tentu berbiaya tidak
murah untuk sebuah kualitas memilih pemimpin dengan wilayah yang memiliki
keunikan dan keragaman dalam agama dan budaya. DEGAN IJO menggambarkan sebuah
koalisi murni religius dan kultural sebagai representasi dari warga mayoritas nahdliyin.
Dalam sebuah percaturan politik pastilah angin politik tidak akan berubah dalam
sekejap apabila tidak ada kepentingan yang lebih besar harus dipertahankan,
merawat keberagaman dan toleransi yang sudah tumbuh subur di Jawa Timur lebih
utama daripada sekedar kepentingan golongan atau komunitas tertentu. KOALISI SEMANGKA, KOALISI DEGAN IJO atau
disusul dengan KOALISI BLUEBERY dan KOALISI MURNI NANAS adalah sebuah cermin
dari sebuah gagasan dan ikhtiar untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat, dan yang
lebih penting dari itu Jawa Timur harus menjadi contoh IDEAL NASIONAL dalam
ber-Demokrasi. Aneka macam buah-buahan memang dirindukan dan memang terasa
segar dan cukup membuat siapapun yang melihatnya di siang hari melumat kembali lidahnya
sebagai tanda reaksi alamiah bahwa GAMBAR BUAH SAJA TIDAK CUKUP UNTUK MENGGODA IMAN.
Selamat
menjalankan Jum'at Berkah dan besok Agustus bulannya Kemerdekaan tentu MERDEKA DARI SEGALA PENINDASAN DAN FITNAH HOAX dalam kehidupan bernegara
dan berbangsa. Selamat Pagi dan Ngopi-Lah
KLIK BACA PENTING Ansor Kabupaten Malang : Islam Agama Kemanusiaan, Menjemput Generasi dan Menjaga Kesegaran Berfikir
KLIK BACA PENTING Ansor Kabupaten Malang : Islam Agama Kemanusiaan, Menjemput Generasi dan Menjaga Kesegaran Berfikir