e6GvGCdbTzFsmYvH0IfUvnO72MWscluP9AUkD1SU

ANSOR KABUPATEN MALANG : ISLAM AGAMA KEMANUSIAAN, MENJEMPUT GENERASI DAN MENJAGA KESEGARAN BERFIKIR


Ditengah hiruk pikuk pekik kebangsaan dan memudarnya Jiwa Nasionalisme dan belum tuntasnya sebagian anak bangsa tentang dialektika tentang Posisi Agama atas Negara serta masih belum tercapainya sebuah kemerdekaan yang sebenarnya menjadikan sesama anak bangsa saling terbiasa menyeru kebencian dan berujar kebencian baik di media sosial atau melalui aksi nyata dijalanan. Kabupaten Malang dengan jumlah penduduk dan  luas wilayah terbesar kedua setelah Banyuwangi, memiliki tantangan tersendiri dalam merawat dan menumbuhkembangkan nilai-nilai toleransi. Potensi-potensi munculnya radikalisme, terorisme sangat besar dengan cakupan wilayah luas yang dikelilingi dengan daerah-daerah rawan konflik. Peran pemuda sangat vital dalam menumbuhkembangkan dan merawat toleransi yang sudah jauh sangat berkembang serta  beragama dengan memunculkan “kreatifitas ibadah” (baca:dakwah wali songo) dengan berlandaskan kearifan-kearifan lokal.
Mengenal Lebih Singkat 2 Paku Bumi NKRI
Islam Agama Kemanusiaan
Ansor sebagai organisasi kepemudaan memiliki peran utama dalam proses mengawal dan menumbuh kembangkan toleransi serta merawatnya. Organisasi Kepemudaan (OKP) di kabupaten Malang sangatlah banyak, Ansor dari sekian banyak organisasi yang memiliki kekuatan jaringan dan kelengkapan struktur kepengurusan sampai tingkat ranting (desa) bahkan sampai tingkat anak ranting (dusun) dengan sumber daya dan potensi kekuatan yang dimiliki bisa menjadi “corong” utama duta toleransi.
Beberapa literatur tekstual ataupun pelaku sejarah yang masih hidup menceritakan bahwa Ansor dengan Banser-nya sebagai kekuatan yang mampu mempengaruhi sebuah kebijakan pemerintahan dengan dapat memposisikan diri sebagai pelindung dari kaum lemah “mustadafin” (baca:rakyat jelata), Ansor dengan kajian analisanya mampu memberikan solusi bukan sekedar retorika yang mampu didengar oleh para pengambil kebijakan. Belajar pada masa lalu adalah penting dan melakukan lompatan besar untuk masa yang akan datang jauh lebih penting, Ansor-Banser sebagai kekuatan garda utama para masayikh menjadikan dakwah dan perjuangan induk organisasi (baca:NU) dapat terlaksana sampai tataran pelaksanaannya di masyarakat luas disinilah Ansor sebagai Penyambung Lidah Ulama mampu membaca yang tersirat dari makna konteks perjuangan dakwah para ulama. Bubar Jalan HTI dan Serbuan Hoax
Islam sebagai Agama Kemanusiaan menjadikan kita tersadar sejak dalam fikiran bahwa apapun bentuknya apabila bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan pastilah bukan ajaran Islam. Basis massa yang jelas dan terstrukturnya jaringan hingga tingkat dusun Ansor-Banser mampu mewujdkan dirinya sebagai kekuatan yang tidak bisa digoyang oleh kekuatan manapun untuk menjaga kemanusiaan (baca:Islam) itu sendiri. Berkembangnya pemahaman keagamaan yang sempit (baca:ekslusif) dengan menganggap bahwa dirinyalah penganut agama terbaik dan bukan golongangnya adalah Kaum Kafir yang tidak layak masuk Surga. Kekeliruan inilah yang bila dibiarkan akan menjadikan benih-benih tumbuhnya kebencian antar sesama anak bangsa, bahkan dapat berprilaku teror dengan tidak lagi menjadikan ajaran agama sebagai semangat “motivasi” berbuat kebaikan tapi menjadikan agama sebagai ancaman, kekerasan dan ujaran seruan kebencian.
Menjemput Generasi
Perkembangan teknologi yang begitu cepat disertai dengan kemampuan melintasi ruang privasi dan ruang publik, menjadikan tantangan tersendiri dalam mendisiplinkan pola kaderisasi. Kepedulian terhadap kelangsungan sebuah generasi menjadikan tantangan yang harus dijawab segera dengan memformulasikan pola-pola interaksi yang sudah tidak lagi menggunakan cara-cara komunikasi model “lama”. Terbukanya ruang publik dan semakin kecilnya ruang privasi menjadikan generasi (baca:Ansor-Banser) harus melakukan perubahan mendasar sejak dini. Generasi “sesepuh” menyegerakan dirinya beranjak menuju ruang BAPAK (baca: NU; NU adalah Bapaknya  Ansor dan Ansor adalah Pemuda NU). Kesadaran menyegerakan diri menuju ruang BAPAK (Baca:NU) inilah sangat penting sebagai sebuah pengalaman yang dapat di transformasikan sebagai hubungan BAPAK dan ANAK untuk generasi mendatang. Berubahnya ruang-ruang kebudayaan dan serta pola kehidupan yang terus berkembang bahwa disadari secara sadar pentingnya arti MENJEMPUT GENERASI.
Selamat Harlah NU Ke-91
Kesegaran Berfikir
Memelihara kekuatan Nalar berfikir dan bertindak dengan dibarengi analisa yang tajam dan akurat sangatlah diperluakan dalam sebuah organisasi gerakan modern. Pembacaan atas realitas kehidupan masyarakat dan terjebaknya gerakan dalam “kebingungan” atas petunjuk beragama menjadikan Ansor perlunya merawat kesegaran berfikir. Bertindak dengan mengedepankan sisi positif sebuah gerakan maka diperlukan instrumen yang sangat sederhana yaitu mengkomunikasikan dengan tuntas dan menghilangkan ONE MAN SHOW (tampil sendiri menapikan kader) harus kolektif kolegial terarah dan terukur.  Kesegaran berfikir inilah yang mampu menjembatani kebuntuan-kebuntuan komunikasi lintas kesatuan maupun dalam sebuah induk gerakan. Kita tetap bersyukur bahwa hari ini ANSOR-BANSER mampu meredam dari dangkalnya berfikir dan jauh dari sikap arogansi dalam beragama. Mendengar dan mengedepankan serta menggerakan amanah masayikh inilah yang lebih utama dari pada sekedar gerombolan yang meneriakkan TAKBIR untuk “gagah-gagah”an di Jalanan. 
Siapa Kita ANSOR NU !
NKRI HARGA MATI !
PANCASILA JAYA !
NUSANTARA MILIK KITA !
ASWAJA AQIDAH KITA !
Selamat Hari Lahir PANCASILA
Selamat Menjemput Seribu Bulan dan NGOPI-lah
Related Posts

Related Posts