e6GvGCdbTzFsmYvH0IfUvnO72MWscluP9AUkD1SU

WOLLES ketika tidak lagi SELLOW !!!

Pagi hangatnya mentari hari rabu tanggal sekian bulan Januari di tahun baru, tempat ini masih sedia seperti dulu ketika masih musim hujan dan kemarau datang. Meja berjejer berbaris seperti di dalam ruang kelas-kelas sekolah menengah pertama dan menengah atas dimana tiada sekat antara obrolan satu manusia dengan manusia lainnya di meja yang berbeda. 
Tempat ini representatif bagi para pencari "substansi" menikmati hidup dengan penuh ketenangan tanpa harus ber-kejaran dengan waktu dan dikejar setoran laporan-laporan rutinitas birokratis yang njelimet bin tidak karuan dengan  makna dari tujuan pembangunan itu sendiri..hehe...
Tiba-tiba membuka WhatsApp ada sahabat yang memberi kabar baik yang dia konsisiten terus belajar dengan berkenalan bersama orang-orang hebat di gedung-gedung tinggi pemerintahan di batavia, bahwa apa yang dilakukan adalah sebuah ikhtiar untuk bekal dikemudian hari dimana ketika tidak ada lagi yang jadi teladan dan alam-pun tidak mampu menerima bahwa ketidak teraturan adalah sikap yang tidak diinginkan..bangga masih ada "ideolog-ideolog gerakan" yang konsisten, tidak lelah dan mau melawan arus besar gelombang kemunduran berfikir akal sehat...so berbuatlah sebaik mungkin meski hujan belum turun ...hehe
Wolles atau Kera Ngalam biasa menyebutnya Sellow sebuah diksi Santai Menikmati Tanpa Dosa (SMTD), bahasa tutur yang terus di kelola oleh lidah-lidah yang tidak bertulang, semua manusia dewasa berkejaran, saling sikut, saling telikung, saling fitnah, saling kejar setoran dipuja kehormatan, saling merasa paling dekat dengan “kekuasaan” Tuhan, saling mencibir, saling berprasangka dan saling tidak terkait dengan tujuan kehidupannya, maka hadirlah sebuah solusi Tuhan berupa SELLOW alias Santai Menikmati Tanpa Dosa..hehe..ini hanya sekedar refleksi ajakan sederhana bukan “seruan agama” dan tidak perlu berkerut dahi kening membacanya...bahwa SELLOW adalah anugerah yang harus di syukuri ditengah manusia-manusia mengejar KEBENDAAN atau MATERI atau bahkan mungkin KESENANGAN NAFSU yang rendah manfaat.
Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 10.42 waktu Indonesia Barat, begitu cepat menikmati ke-SELLOW-an ditengah cuaca terik panas dan kopiun sudah habis segelas tinggal menyisakan bekas-bekas serupuuut..hehe..
Beberapa bulan yang lampau di tahun-tahun dimana banyak manusia yang masih dalam ketidakpastian, semua merapatkan diri dengan baik meski tidak perlu berbaris dengan rapih, menceritakan tragedi-tragedi peristiwa yang dialami, menceritakan ketidakberdayaan dalam sebuah kebendaan, meceritakan tentang kerasnya sebuah ideologi, menceritakan tentang tidak perlunya pekik takbir dijalanan, menceritakan bahwa manis belum tentu manis dan menceritakan bahwa dalam pahitpun ada manis yang tersimpan, kini tempat berbaris itu harus ditinggalkan karena padatnya waktu dan jadwal kenegaraan sulit diatur dimana mesin-mesin industri telah merubahnya menjadi manusia yang sudah lupa dengan kemanusiaan itu sendiri.
Ketika kopi sudah tidak lagi pahit dan teh manis menjadi tawar, disitulah bahwa sesungguhnya keberadaan kita telah menjelma menjadi makhluk baru yang mati rasa. Kegetiran, kemiskinan, kebodohan dan kelemahan adalah obsesi yang dilahirkan dan dimunculkan ketika merasa “kemapanan” telah menghantui. Tempat di sudut itu masih tetap bergerombol sekumpulan manusia-manusia marketing yang terus konsisten mengelola dan mencerdaskan daya nalar ekonominya, sedangkan di meja-meja seberang sebelah tetap diisi para saudagar-saudagar yang terus merekap hasil distribusi seharian dan bila sore datang mereka kembali ke rumah-rumah mereka dengan penuh canda tawa meski tiada hasil yang dibawa, sedangkan di meja ini sepi dan sudah entah kemana yang dulu orang-orang hebat dalam ruang ide telah bertebaran menyebarkan ide-ide segarnya dan Semoga terus memelihara nalar sehat dan tidak lelah konsisten menjaga ruang ide yang dihasilkan ketika dalam sebuah LAKU SEMEDI WOLLES dengan paswword pancetwingi.

Selamat Siang, dan Salam WOLLES !!!
Related Posts

Related Posts