Pagi hangatnya mentari hari rabu tanggal sekian
bulan Januari di tahun baru, tempat ini masih sedia seperti dulu ketika masih musim
hujan dan kemarau datang. Meja berjejer berbaris seperti di dalam ruang
kelas-kelas sekolah menengah pertama dan menengah atas dimana tiada sekat antara obrolan satu
manusia dengan manusia lainnya di meja yang berbeda.
Tempat ini representatif bagi para pencari "substansi" menikmati hidup dengan penuh ketenangan tanpa harus ber-kejaran dengan waktu dan
dikejar setoran laporan-laporan rutinitas birokratis yang njelimet bin tidak
karuan dengan makna dari tujuan
pembangunan itu sendiri..hehe...
Tiba-tiba membuka WhatsApp ada sahabat yang memberi kabar baik yang dia konsisiten
terus belajar dengan berkenalan bersama orang-orang hebat di gedung-gedung
tinggi pemerintahan di batavia, bahwa apa yang dilakukan adalah sebuah ikhtiar
untuk bekal dikemudian hari dimana ketika tidak ada lagi yang jadi teladan dan
alam-pun tidak mampu menerima bahwa ketidak teraturan adalah sikap yang tidak
diinginkan..bangga masih ada "ideolog-ideolog gerakan" yang konsisten, tidak lelah dan mau melawan arus besar gelombang kemunduran berfikir akal sehat...so berbuatlah sebaik mungkin meski hujan belum turun ...hehe
Wolles atau Kera Ngalam biasa menyebutnya Sellow
sebuah diksi Santai Menikmati Tanpa Dosa (SMTD), bahasa tutur yang terus di
kelola oleh lidah-lidah yang tidak bertulang, semua manusia dewasa berkejaran,
saling sikut, saling telikung, saling fitnah, saling kejar setoran dipuja
kehormatan, saling merasa paling dekat dengan “kekuasaan” Tuhan, saling
mencibir, saling berprasangka dan saling tidak terkait dengan tujuan
kehidupannya, maka hadirlah sebuah solusi Tuhan berupa SELLOW alias Santai
Menikmati Tanpa Dosa..hehe..ini hanya sekedar refleksi ajakan sederhana bukan “seruan agama”
dan tidak perlu berkerut dahi kening membacanya...bahwa SELLOW adalah anugerah
yang harus di syukuri ditengah manusia-manusia mengejar KEBENDAAN atau MATERI
atau bahkan mungkin KESENANGAN NAFSU yang rendah manfaat.
Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul
10.42 waktu Indonesia Barat, begitu cepat menikmati ke-SELLOW-an ditengah cuaca
terik panas dan kopiun sudah habis segelas tinggal menyisakan bekas-bekas
serupuuut..hehe..
Beberapa bulan yang lampau di tahun-tahun
dimana banyak manusia yang masih dalam ketidakpastian, semua merapatkan diri
dengan baik meski tidak perlu berbaris dengan rapih, menceritakan
tragedi-tragedi peristiwa yang dialami, menceritakan ketidakberdayaan dalam
sebuah kebendaan, meceritakan tentang kerasnya sebuah ideologi, menceritakan
tentang tidak perlunya pekik takbir dijalanan, menceritakan bahwa manis belum
tentu manis dan menceritakan bahwa dalam pahitpun ada manis yang tersimpan,
kini tempat berbaris itu harus ditinggalkan karena padatnya waktu dan jadwal kenegaraan sulit
diatur dimana mesin-mesin industri telah merubahnya menjadi manusia yang sudah
lupa dengan kemanusiaan itu sendiri.
Ketika kopi sudah tidak lagi pahit dan teh
manis menjadi tawar, disitulah bahwa sesungguhnya keberadaan kita telah
menjelma menjadi makhluk baru yang mati rasa. Kegetiran, kemiskinan, kebodohan
dan kelemahan adalah obsesi yang dilahirkan dan dimunculkan ketika merasa “kemapanan”
telah menghantui. Tempat di sudut itu masih tetap bergerombol sekumpulan manusia-manusia
marketing yang terus konsisten mengelola dan mencerdaskan daya nalar
ekonominya, sedangkan di meja-meja seberang sebelah tetap diisi para
saudagar-saudagar yang terus merekap hasil distribusi seharian dan bila sore
datang mereka kembali ke rumah-rumah mereka dengan penuh canda tawa meski tiada
hasil yang dibawa, sedangkan di meja ini sepi dan sudah entah kemana yang dulu
orang-orang hebat dalam ruang ide telah bertebaran menyebarkan ide-ide segarnya
dan Semoga terus memelihara nalar sehat dan tidak lelah konsisten menjaga ruang
ide yang dihasilkan ketika dalam sebuah LAKU SEMEDI WOLLES dengan paswword pancetwingi.
Selamat Siang, dan Salam WOLLES !!!
Baca Juga : Kenyataan Sore Menjempu Harapan !!!