e6GvGCdbTzFsmYvH0IfUvnO72MWscluP9AUkD1SU

HARMONY WITH COVID 19 TAMU BARU HARI RAYA


Hari ini semua umat muslim dibelahan dunia merayakan perayaan hari raya idul fitri, hari raya tidak sekedar dimaknai sebagai penanda bahwa berakhirnya puasa sebulan penuh tetapi lebih dari itu bahwa hari raya bagian yang tidak bisa dipisahkan dari tradisi, budaya dan bahkan menjadi sebuah nilai-nilai luhur dari ritual keagamaan itu sendiri.

Lebaran kali ini berbeda dengan lebaran puluhan bahkan ratusan tahun sebelumnya, disetiap daerah memiliki aktivitas yang berbeda-berbeda dimana tradisi anjangsana masih tetap menjadi kebiasaan TETAPI pola interaksi berbeda dibandingkan dengan hari raya sebelumnya. Apa yang membedakan dengan hari raya sebelumnya sehingga perbedaan itu sangatlah dirasakan, pertama Corona Virus Disease alias Covid 19 menjadi tamu baru ditengah perayaan hari raya dia menjelma bak “teror” yang mampu menembus alam bawah sadar umat manusia untuk berbuat dengan segala bentuk “keunikannya” hingga menjadi menu utama mengalahkan menu kaleng legendaris merk ibu dua anak..,alias kaleng Khong Guan...hihi, kedua interaksi anjangsana tidak kurang dari lima menit dengan mengedepankan aspek kualitas waktu dan efektifitas pertemuan tidak lagi ber “basa-basi” khas njagong dan berlama-lama sambil menghabiskan isi kaleng legendaris dengan isi yang tidak sama dengan gambar dikaleng..hehe, ketiga cuci tangan dan membawa hand sanitizer menjadi barang penting selain hand phone sebagai barang bawaan utama ketika bersilaturahmi..hoho, keempat lalulintas jalanan sepi nyaris tak terdengar suara raung bising kendaraan yang terdengar suara itik-itik sedang mencari makan..wowow.

Pola interaksi apa yang akan terjadi seminggu pasca perayaan hari raya ? mungkinkah masyarakat akan kembali beraktivitas sedia kala ? sedangkan trend kasus positif atau confirm+ corona baru terus bermunculan dan grafiknya semakin menanjak tidak lagi melandai apalagi menurun. Cuti dan mudik lebaran ditiadakan bagaimana dengan tempat rekreasi ? bagaimana dengan pusat-pusat belanja ? jawabnya hanya setiap individulah yang bisa menentukan buka atau tutupnya tempat-tempat tersebut. Himbauan demi himbauan tidak akan menjadi realisasi nyata bila kesadaran-kesadaran individu rendah, disinilah pentingnya pelibatan partisipasi masyarakat dalam menggerakkan kasadaran kolektif individu-individu.

Meminjam istilah Goenawan Muhammad bahwa SUNYI itu menjadi satu gaya hidup baru karena sunyi menjadi jalan “menyatunya” manusia dengan alam. Para sufi menjalani hidup dengan menempuh jalan sunyi pun begitu Nabi Muhammad SAW menempuh jalan sunyi di gua hira hingga menjadikan Islam sebagai jalan hidup (way of life) pengikutnya. Semua manusia memiliki potensi untuk mengambil jalan “sunyi” sehingga dirinya betul-betul menemukan jati dirinya dan menjelma menjadi pribadi yang sadar pentingnya hidup ramah  dengan alam. Konon lingkungan yang bersih dan sehat itu dibangun dari jiwa-jiwa yang bersih, jiwa yang fitrah “suci” dalam perkataan maupun perbuatan.

Aneka rupa virus telah tumbuh dan pergi SARS, MERS bahkan ada virus yang tetap masih bertahan seperti HIV-AIDS dan hidup berdampingan dengan kehidupan nyata, artinya manusia mampu beradaptasi dengan virus dan memiliki kemampuan logika untuk terkena virus atau tidak. Kini Covid 19 telah merubah gaya hidup hedon (hambur-hambur), tidak peduli lingkungan, tidak peduli kesehatan dan kebersihan menjadi sebaliknya. Maka jalan terbaik menyambut hidup baru pasca hari raya adalah mentradisikan kebaikan-kebaikan ramadhan setelah sebulan penuh menjadi tempat menempa diri sebagai jalan “SUNYI” untuk diduplikasi dalam kehidupan sehari-hari sehingga setiap individu mampu hidup HARMONY WITH COVID 19 menyambut NEW NORMAL !.
Selamat Hari Raya, Mohon Maaf atas Segala Khilaf Maaf Lahir dan Bathin !
Jangan Lupa Tetaplah NGOPI !             

temukan juga berbagi pengetahuan (sharing of knowladge) di Masruri Mahali Channel
       

Related Posts
Newest Older

Related Posts