e6GvGCdbTzFsmYvH0IfUvnO72MWscluP9AUkD1SU

RENUNGAN KEKINIAN DI ERA DIGITAL*

Suatu hari saya bersenggolan dengan seseorang yang tidak saya kenal. “Oh, maafkan saya,” reaksi spontan saya. Ia juga berkata: “Maafkan saya juga.” Orang itu dan saya berlaku sangat sopan. Kami pun berpisah dan mengucapkan salam.
Namun cerita jadi lain, begitu sampai di rumah. Pada hari itu juga, saat saya sedang menelephone salah satu kolega terbaik saya, dengan bahasa sangat lembut dan santun untuk meraih simpati kolega saya itu, tiba-tiba anak lelaki saya berdiri diam-diam di belakang saya. Saat saya berbalik, hampir saja membuatnya jatuh. "Minggir !!! Main sana, ganggu saja!!!" teriak saya dengan marah. Ia pun pergi dengan hati hancur dan merajuk. 
Baca Juga : Pekerjaan Mulia Itu Bernama : Belajar Kepada Pembelajar Bukan Pada Internet

Saat saya berbaring di tempat tidur malam itu, dengan halus, Tuhan berbisik, "Akan kusuruh malaikat menyabut nyawamu dan mengambil hidupmu sekarang, namun sebelumnya, aku akan izinkan kau melihat lorong waktu sesudah kematianmu. Sewaktu kamu berurusan dengan orang yang tidak kau kenal, etika kesopanan kamu gunakan. Tetapi dengan anak yang engkau kasihi, engkau perlakukan dengan sewenang-wenang, akan kuperlihatkan setelah kematianmu hari ini, bagaimana keadaan atasanmu, kolegamu, sahabat dunia mayamu, serta keadaan keluargamu.
Baca Juga : Menyembah WhatsApp Memuja Facebook Nikah Sirri Tuhan Ora Urusan !!!


Lalu aku pun melihat, hari itu saat jenazahku masih diletakkan di ruang keluarga, hanya satu orang sahabat dunia mayaku yang datang, selebihnya hanya mendoakan lewat grup, bahkan juga ada yang tidak komentar apapun atas kepergianku, dan ada yang hanya menulis 3 huruf singkat, 'RIP'. lalu teman-temanku sekantor, hampir semua datang, sekejap melihat jenazahku, lalu mereka asik foto-foto dan mengobrol, bahkan ada yang asik membicarakan aibku sambil tersenyum-senyum. Bos yang aku hormati, hanya datang sebentar, melihat jenazahku dalam hitungan menit langsung pulang.
Dan kolegaku, tidak ada satupun dari mereka yang aku lihat, kemudian kulihat anak-anakku menangis dipangkuan istriku, yang kecil berusaha menggapai jenazahku meminta aku bangun, namun istriku menghalaunya. istriku pingsan berkali-kali, aku tidak pernah melihat dia sekacau itu. Lalu aku teringat betapa sering aku acuhkan panggilannya yang mengajakku mengobrol, aku selalu sibuk dengan HP-ku, dengan kolega-kolega dan teman-teman dunia mayaku, lalu aku lihat anak-anak aku, mereka sering kuhardik dan kubentak mereka saat aku sedang asik dengan ponselku, saat mereka ribut meminta ku temani.
Baca Juga : Lili Harapan- Sebuah Renungan

Oh Ya Allah.. Maafkan aku.
Lalu aku melihat tujuh hari sejak kematianku, teman-teman sudah melupakanku, sampai detik ini aku tidak mendengar aku mendapatkan doa mereka untukku, perusahaan telah menggantiku dengan karyawan lain, teman-teman dunia maya masih sibuk dengan lelucon-lelucon digrup, tanpa ada yang membahasku ataupun bersedih terhadap ketiadaanku di grup mereka. Namun, aku melihat istriku masih pucat dan menangis, airmatanya selalu menetes saat anak-anak ku bertanya dimana Ayah mereka? Aku melihat dia begitu lunglai dan pucat, kemana semangat hidupmu istriku?.

Oh Ya Allah Maafkan aku.
Hari ke 40 sejak aku tiada.
Temanku di Facebook, WA, Twitter, lenyap secara drastis, semua memutuskan pertemanan denganku, seolah tidak ingin lagi melihat kenanganku semasa hidup, bosku, teman-teman kerja, tidak ada satupun yang mengunjungiku kekuburan ataupun sekedar mengirimkan doa. Lalu kulihat keluarga ku, istriku sudah bisa tersenyum, tapi tatapannya masih kosong, anak-anak ku masih ribut menanyakan kapan Ayahnya pulang, yang paling kecil yang paling kusayang, masih selalu menungguku dijendela, menantikan aku datang.
Baca Juga : Valentine : Perubahan Iklim Medsos

15 tahun berlalu.
Kulihat istriku menyiapkan makanan untuk anak-anak ku, sudah mulai keliatan guratan tua dan lelah diwajahnya, dia tidak pernah lupa mengingatkan anak-anak bahwa ini hari Jumat, jangan lupa kekuburan Ayah, jangan lupa berdoa setiap sholat, lalu aku membaca tulisan disecarik kertas milik putriku malam itu, dia menulis.. Seandainya saja aku punya Ayah, pasti tidak akan ada laki-laki yang berani tidak sopan denganku, tidak akan aku lihat mamah sakit-sakit-an mencari nafkah seorang diri buat kami, oh Ya Allah.. Kenapa Kau ambil Ayahku, aku butuh Ayah-ku Ya Allah.." kertas itu basah, pasti karena airmatanya.

Ya Allah maafkanlah aku..
Sampai bertahun-tahu anak-anak dan istriku pun masih terus mendoakanku setelah sholat, agar aku selalu berbahagia diakherat sana.
Lalu seketika,, aku terbangun...dan terjatuh dari tempat tidur.. Oh Ya Allah Alhamdulillah.. Ternyata aku cuma bermimpi..

Pelan-pelan aku pergi ke kamar anakku dan berlutut di dekat tempat tidurnya, masih aku lihat airmata disudut matanya, kasihan sekali, terlalu kencang aku menghardik mereka..
“Anakku, Ayah sangat menyesal karena telah berlaku kasar padamu.“Si kecilku pun terbangun dan berkata, “Oh Ayah, tidak apa-apa. Aku tetap mencintaimu.”
“Anakku, aku mencintaimu juga. Aku benar-benar mencintaimu, maafkan aku anakku” Dan kupeluk anakku. Kuciumi pipi dan keningnya.

Kulihat istriku tertidur, istriku yang sapaannya sering kuacuhkan, ajakannya bicara sering kali aku sengaja berpura-pura tidak mendengarnya, bahkan pesan-pesan darinya sering aku anggap tak bermakna, maafkan aku istriku, maafkan aku.
Baca Juga : Pabrik Es : Kesegaran Akal dan Logika

Air mataku tak bisa ku bendung lagi.
Apakah kita menyadari bahwa jika kita mati besok pagi, perusahaan di mana kita bekerja akan dengan mudahnya mencari pengganti kita dalam hitungan hari? Teman-teman akan melupakan kita sebagai cerita yang sudah berakhir, beberapa masih menceritakan aib-aib yang tidak sengaja kita lakukan. Teman-teman dunia maya pun tak pernah membahas lagi, seolah aku tidak pernah mengisi hari-hari mereka sebagai sahabat di grup.

Lalu aku rebahkan diri disamping istriku, ponselku masih terus bergetar, berpuluh puluh notifikasi masuk menyapaku, menggelitik untuk aku buka, tapi tidak ... tidak ...

Aku matikan ponselku dan aku pejamkan mata, maaf.. Bukan kalian yang akan membawaku ke surga, bukan kalian yang akan menolongku dari api neraka, tapi ini dia.. Keluargaku.. 

Keluarga yang jika kita tinggalkan akan merasakan kehilangan sekali.
Baca Juga : Keberagaman Untuk Kekuatan Positif

*diambil dari berbagai sumber, selamat malam untuk beristirahat dan NGOPI-Lah !!!
Related Posts

Related Posts