Selepas pulang dari Kediri mengikuti Test
Drive semacam uji coba pengawas, meski keberangkatan dari rumah
menuju kediri dipandu oleh si Mbah Google Map dicarikan jalur tercepat harus
melewati sawah-sawah dan pemandangan sejuk pagi hari melewati jalur senyap
ternyata si Mbah memandu dengan cermat meski terkadang “kesal” dengan logatnya
yang kebarat-baratan..hehe. Perjalanan singkat memberi warna kebajikan yang
tidak sederhana, melewati dan melihat hijaunya hamparan sawah menandakan bahwa
Negeri ini kaya mampu memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya. Kesejahteraan dan
Kemakmuran rakyat tidak bisa di ukur hanya dengan data statistik semata, faktor
non statistiklah yang menjadikan rakyat Negeri ini pandai menerima atas
anugerah-Nya. Demokrasi Jawa Timur : Koalisi Semangka atau Cukup Degan Ijo
Perjalanan pulang dari Kota Tahu Kediri
menuju Malang saya putuskan tidak dipandu Mbah Google Map melewati jalur
English Area alias Kota Pare, sampai perjalanan dilanjutkan masuk wilayah
Kasembon, Ngantang dan melewati jalur alternatif Wlingi. Dari tepian jalan raya
tetap terhampar sawah dengan pemandangan petani yang terus asyiik memanen padi
dan ada juga petani yang lagi kasmaran mengusir burung-burung agar terbang jauh
meng-angkasa jauh tinggi pergi dari padi yang siap dipanen. Sepanjang jalanan
terus menikmati sejuknya udara sore menjelang senja, bersalip-salipan dengan
truck-truck pasir yang menambang dari sungai untuk dikirim ke kota-kota sebagai
kebutuhan warga kota untuk membangun istana-istana dan kemolekkan palsu
kota..hehe.
Berjejer kendaraan pengangkut pasir
beriringan tiada henti menandakan bahwa kebutuhan pasir di kota sangat tinggi
istilah jurusan ekonomi itu bagian dari hukum dagang ada permintaan tinggi maka berakibat penawaran
tinggi hukum supply and demand..hoho. Generasi Milenial Antara Malas dan Semangat
Menarik melihat kehidupan sepanjang lahan
pertanian dimana para petani tidak lagi membawa dokar atau bendi (baca:gerobak ditarik kuda atau sapi) untuk mengangkut hasil
pertanian. Bersepeda motor adalah solusi berkendara dari terbatasnya lebar
jalan yang dilalui, setiap petani yang berpapasan dengan sesama petani atau
warga sekitar dengan cara meng-Klik tombol klakson sepeda sebagai tanda sapa
dan tentu pertanda tidak sombong dalam menjalani roda kehidupan. Salam sapa Klakson ini
semakin menarik ketika dalam beberapa momen terlihat petani beriringan
mengendarai sepeda motor ketemu dengan sesam warga sekitar saling bersahutan
membunyikan Klakson tanda hidup harus saling SAPA, ASIH dan ASUH. Inilah potret
kearifan dan kesadaran bersama yang suatu masa sikap MENYAPA ini akan hilang
karena sudah diwakili dengan LIKE atau sekedar Say Hello di kolom komentar
facebook..hehe. Tidak perlu kita menjadi hakim atas sikap masyarakat yang
beragam ini karena kita sendiri berkendara bila jarak yang jauh tidak perlu
berteriak dengan lantang dan berteriak WASSALAMUALIKUM. Selamat Malam dan NGOPI-lah

