
Bagi yang tinggal di wilayah Malang Raya
(Kota Batu, Kota Malang dan Kabupaten Malang) pasti sudah tahu tentang edaran
cuaca yang diviralkan oleh Badan Meteorologi dan Geofisikia (baca:BMKG) bahwa
Malang Raya akan mengalami suhu udara 19-29 derajat celcius dengan kelembapan
udara 54-94 %. Angka statistik BMKG adalah angka prakiraan cuaca yang tentu
sebagai warga sehat dan ber-“akal” akan menjadikan kemudahan teknologi untuk
mempermudah mengantisipasi sejak dini untuk ber-damai dengan alam dan
mempertajam keyakinan bahwa dinginnya Malang bisa diterima dengan pengetahuan..hehe. Baca Juga : Aku Hijrah Berlabuh di Universitas Brawijaya
Bulan Juni dan Juli sebagai bulan “berkah” dimana
Malang kedatangan para “perantau pengetahuan” (baca:mahasiswa, mahasantri dan
maha lainnnya). Perantau ini berduyun-duyun untuk mengaktualisasikan dirinya
dan meng-upgrade diri dari jaman kebodohan (semacam kabur dari era jahiliyah)
menuju jalan terang benderang yaitu pengetahuan. Sekian ratus kampus berada di
wilayah Malang Raya lebih dari 10.000 (data belum diolah badan pusat statistik)
ummat milenial (baca: generasi) dari segala penjuru bertumpah ruah dan mencoba (bukan
coba-coba) untuk menguji gagasan-gagasan dan cita-citanya dari tempat asal
berada. Konon dalam sebuah kisah legenda nenek moyang (bukan nenek lampir lho) Malang
adalah tempat suci yang biasa digunakan untuk ber-“tapa” (baca:mengolah rasa,
akal dan jiwa) karena keindahan dan kesejukan udaranya, meski kisah legendaris Ken
Dedes selalu mewarnai..hehe. Malang kini sudah berubah secara fisik tapi tetap menjadi
kawasan yang masih “nyaman” untuk tempat alternatif mengolah rasa, akal dan
jiwa (baca: belajar). Generasi Milenial Antara Malas dan Semangat
Sepajang
kawasan jalur MATOS (Malang Town Square) dimana tempat itu merupakan segitiga kawasan
pendidikan tinggi (baca:kuliah) sebagai jalur padat para perantau pengetahuan,
dulu tempat ini masih pure (baca: murni) sebagai kawasan pendidikan sejak itu
telah berubah wajah menjadi kawasan yang “campur aduk” antara belajar dan
bermain...hehe. MATOS sama dengan Mall-Mall lainnya posisi dan keberadaannya
dipusat kawasan pengetahuan inilah yang menjadi wajah baru sebuah peradaban
intelektual di Malang. Tempat suci dan bertapa untuk mengolah rasa, akal dan
jiwa akan terus bergeser ke daerah-daerah pinggiran Malang bukan karena membangun dari pinggiran lho ya..hehe karena sejuk nan
tenang dari kebisingan adalah kunci dari sekian kunci keberhasilan olah rasa,
akal dan jiwa (baca:belajar) itu sendiri. Touring Pagi Antara Espresso dan Gusti Allah
Musim
dingin semakin terasa ketika senja sudah mulai beranjak, dan malam segera tiba
maka perubahan cuaca meliputi suhu dan kelembapan akan berubah menjadi dingin
bahkan lebih dingin lagi disinilah muncul MITOS bahwa dingin datang sebagai
ujian pertama dari alam penguasa Malang untuk para “perantau pengetahuan”. Alam menyapa
dengan dingin pertanda bahwa para calon per-“tapa” harus mampu menyiapkan
dirinya sejak dalam fikiran untuk terus menjaga ritme dan tentu menjaga
niat-nya dalam melakukan olah rasa, akal dan jiwa (baca:belajar). Godaan
sesungguhnya bukan sapaan dingin Malang, tapi menjaga hubungan kemanusiaan dan dibarengi
cinta lingkungan adalah ujian sesungguhnya. Bunga berguguran di musim hujan
tapi akan tumbuh subur kembali di musim hujan, WEL KOME mahaSISWA/SANTRI di
tempat pertapa suci andalah yang menentukan gerbang masa depan kehidupan jangan
lupa ber-mahasiswa aktiflah dan tentukan pilihan organisasi tempat belajar dan
menempa diri yang mencintai NKRI Harga
Mati. Sembilan W dan Bubar Jalan HTI
Sambut Bulan Kemedekaan ke 72 Tahun dan Selamat Sore, Ngopi-Lah.
Sambut Bulan Kemedekaan ke 72 Tahun dan Selamat Sore, Ngopi-Lah.