e6GvGCdbTzFsmYvH0IfUvnO72MWscluP9AUkD1SU

MENYEMBAH WHATSAPP MEMUJA FACEBOOK, NIKAH SIRRI TUHAN ORA URUSAN !

Era teknologi yang terus berkembang, gaya hidup, gaya komunikasi dan gaya menampilkan diri tidak lagi terbatas ruang dan waktu. Setiap waktu dan momen selalu diupayakan untuk terdokumentasi dengan baik dan tentu tidak mau untuk meninggalkan “momen” tanpa jejak. Sebuah peristiwa kriminal olah tempat kejadian perkara, seorang polisi akan mengindentifkasi sebuah jejak-jejak yang terlihat di lokasi kejadian perkara dengan penuh ketelitian dan kecermatan. Kini jejak-jejak telah berpindah dan berubah dengan cepat terekam dengan sempurna dalam media sosial. 
Baca Juga :  Touring Pagi Antara Espresso dan Gusti Allah
Peristiwa terjadinya penculikan anak “gadis” sekolah dengan modus berkenalan melalui facebook, karena tergoda dengan profil pemilik akun yang menampilkan gambar idola penyanyi Bollywood, si korban langsung menerima pertemanan dan berinteraksi dengan cepat tanpa melihat dan memperhatikan siapa sebenarnya si pemilik akun  dan tanpa melacak jejak rekam digital si pemilik akun dengan penuh selidik. Si gadis dengan senang hati dan mau meninggalkan pendidikannya hanya untuk bertemu dengan pujaannya seorang artis “abal-abal” dari Bollywood, apa yang terjadi setelah bertemu dengan artis bollywood ? maka yang terjadi adalah peristiwa memilukan sebuah kematian dengan terbunuhnya si pemuja artis “abal-abal”. Sebegitu parahkah kita  berinetraksi melalui media sosial ? sehingga kita lupa untuk apa dan apa manfaat kita menggunakan media sosial.
Baca Valentine, Pilkada dan Perubahan Iklim Medsos
Dalam sebuah forum “serius”, forum-forum “cangkruk” dan warung kopi pinggir trotoar pola interaksi sudah berubah jauh dari kemanfaatan pentingnya “kopi darat” atau “tatap muka” , hampir disetiap sudut dengan berbagai interaksi dan pola yang dilakukan pengguna medsos telah merubah segalanya dari interaksi hangat menjadi interaksi basa-basi yang sudah tidak lagi bermanfaat, seorang sahabat mengeluh dengan penuh kekecewaan untuk apa bertemu kalo bertemu ternyata juga sibuk dengan “mainannya”. Sebuah interaksi yang sangat disayangkan, karena bersusah-susah mengatur waktu tapi yang terjadi adalah sebuah interaksi “hambar” dan “kabur makna” dari yang sebenarnya cukup di selesaikan dengan menggunakan manfaat lebih dari sekedar media sosial. Dampak dari pola interaksi yang kabur makna seorang menapikan juga pentingnya silaturahim, seorang “hamba pilihan” yang usai menunaikan ibadah haji hanya cukup disapa dengan whatsapp sebagai ungkapan basa-basi “ahlan wa sahlan” tanpa dilanjutkan dengan interaksi yang lebih utama yaitu silaturahim, begitupun perayaan hari raya merubah semua pola interaksi saling memafkan hanya dengan bermodal “copy paste” dan dikirim kesemua kontak yang terhubung dengan medsos dianggap dan diyakini dengan sepenuh hati bahwa “permintaan maaf-nya” sudah diterima dan Tuhan juga ikut memaafkan, inilah ke keliruan yang terus selalu dipelihara dengan sesuatu yang di dunia nyata sangat jauh dari kenyataan. Kini tidak ada lagi ruang privat dan ruang publik, antara menjaga “eksis” dengan menjaga “gengsi” menjadi candu yang terus di pelihara oleh konon masyarakat “modern”.
Baca Generasi Milenial Antara Malas dan Semangat
Munculnya nikah online atau nikah sirri online menandakan bahwa pernikahan sebagai ruang privat tidak lagi menjadi ruang terhormat karena media sosial menjadikan pernikahan dianggap sebagai lelucon yang disamakan dengan “toko online” yang bisa di pesan dengan mudah dengan kiriman paket satu hari sampai dilokasi dimanapun pemesan berada dan Tuhan-pun tidak perlu hadir dalam setiap pesanan. Miris !!
Berbagai macam group media sosial dan ribuan pertemanan dari media sosial maka yang peduli dan akan melakukan pertolongan pertama dalam sebuah "peristiwa" berbagai macam permasalahan hidup yang dihadapi adalah “teman dunia nyata” akan tampil menolong pertama, sedangkan jauh disana “teman maya” hanya dengan cukup komentar Amiiin Kabulkan dan dengan berbagai embel-embel basa-basinya. Lebih Miris !!!
Cepatnya perubahan dan cepatnya interaksi menjadikan manusia lupa bahwa  manusia tetap harus menjadi manusia seutuhnya, tidak lagi menjadi alat medsos sebagai alat satu-satunya menjaga “kewarasan” kita. Memanusiakan manusia dengan media sosial tidak hanya penting untuk menjaga ruang privat tapi ruang publik juga jauh lebih penting.
Baca Keberagaman Untuk Kekuatan Positif
Media sosial sebagai alat kebaikan maka tidaklah perlu menyembah Whatsapp dan memuja Facebook dalam setiap aktifitas kita, tetaplah kita terus membumi dengan karya dan kebaikan-kebaikan untuk sesama. Yuk kita bermedsos dengan meningkatkan volume manfaat yang lebih besar. 
SELAMAT MENYAMBUT ERA BARU INTERAKSI SOSIAL DENGAN POSITIF !!!
#Selasa, Berbahagia dan NGOIP-Lah        
Baca Juga Pasangan Presiden NUR HADI-ALDO 
Related Posts

Related Posts