Pada suatu malam selesai “transfer knowledge”
olah bahasa internasional, aku mendatangi sudut dimana bapak penuh wibawa ini
sedang merapikan buku dan mengambil tas-nya bergegas untuk mempersiapkan
rencana kita tadi pagi, topi penghangat dipakainya sambil sesekali melihat jam
ditangannya. Gimana udah siap mas ? siap Pak sahutku, aku sebagai juru ketik administrasi
di sekolah, malam itu dibonceng “senior teacher”, sepeda motor keluar dari perkampungan
menuju arah Bululawang, dari “pertelon” masjid Jami’ Bululawang sepeda melaju
ambil arah kanan dan terus melaju di gelapnya malam menembus jalanan Jambearjo
Tajinan menuju tuan rumah yang sangat “humble” disetiap momen apapun.
Sampailah kami di depan rumah, dengan senyum khas dan salam babibu sebagai
salam jamuan malam akan dimulai hehe...perlu diingat tuan rumah ini pandai
sekali meracik makan malam karena konon masaknya dengan hati tulus..hehe.., lele
pedas, mujaer super duper yummi dan kopi malam telah disajikan tuan rumah,
sebagai juru ketik yang masih berusia 20 tahun-an malam itu adalah malam penuh
motivasi mensyukuri nikmat makan malam. Rasa syukur kepada Allah yang telah mempertemukan
dengan “Sahabat Luar Biasa”, kegiatan
jamuan makan malam seperti ini beberapa kali di gelar berbarengan dengan
datangnya malam minggu karena minggu pagi waktunya berlibur dan kerja bhakti.
Masih ingat dan segar dalam memori, suatu
waktu malam-malam “senior teacher” mengajak
untuk mencari materi-materi pelajaran bahasa inggris dengan berkunjung ke
warnet kantin Universitas Brawijaya, kantin dan warnet ini kini sudah berubah
wajah sepertinya sudah menjadi gedung koperasi kampus, ya di kampus inilah kini
aku belajar tentang ilmu sosial sebagai mahasiswa pascasarjana. Sampai
menjelang shubuh kami baru pulang dan kembali dari menikmati browsing
pengetahuan, dulu sulit sekali mengakses internet harus susah payah menerjang
dinginnya malam, badai dan laut-pun rela disebrangi..hehe...kini kita cukup
duduk manis sambil memainkan jempol sudah bisa mengakses mudahnya sumber-sumber
pengetahuan.
Aku kini baru tersadar setelah tekad bulat jihad membara untuk
melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi diperlukan penguasaan bahasa
internasional (inggris) yang baik, beberapa materi dasar-dasar bahasa inggris
yang diajarkan “senior teacher” inilah menjadi bekal utama dalam menjalani
hari-hari perkuliahan. Tidak perlu dibayangkan bila waktu itu aku tidak peduli
atas penguasaan bahasa internasional, maka kini yang ada hanyalah sebuah
penyesalan yang terstrukur dan massif..hehe..kini aku merasa beruntung sekali
karena waktu itu aku masih mengikuti dasar-dasar berbahasa inggris yang baik
dan sangat bermanfaat di era kekinian. Motivasi ternyata lahir dari dorongan
internal yang kuat dengan daya dukung eksternal (diluar diri pribadi) yang
mendukung dengan penuh semangat, hampir disetiap minggu aku kini “wajib”
membaca jurnal-jurnal internasional berbahasa inggris karena mahasiswa
pascasarjana dituntut untuk lebih berwawasan luas dan tentu agar terus ber-Tindak
Lokal berfikir Internasional.
Baca Juga : Sudut Itu Bukan Sekedar Pojok
“Senior Teacher” memiliki cara dan metode
tertentu dalam mengajarkan bahasa internasional, suatu saat aku diminta untuk
menghafal sebuah kalimat yang sampai hari ini masih terngiang-ngiang
seolah-olah beliau baru kemaren mengajarkan tentang paragraf computer is machine automatically, ya paragraf
kalimat legendaris ini pastilah pernah diajarkan kepada semua santri
inggrisnya, disetiap malam tanpa lelah dan selalu penuh semangat terus
mentransferkan pengetahuan-pengetahuan internasional, dua keunggulan dari
metode pembelajarannya memadukan antara tata bahasa inggris dan tata bahasa
arab yang mungkin di lembaga kursus manapun belum tersedia. Semua metode dan
berbagai cara diuji cobakan dengan harapan suatu saat kelak para muridnya mampu
mendapatkan pengetahuan-pengatahuan internasional dan tentu tidak meninggalkan
tradisi lokal, kini setiap aku mau membaca jurnal-jurnal internasional aku
termotivasi atas jasa-jasa sang “senior teacher” dialah sahabat dan pendidik
yang penuh dengan dedikasi, untuk guru internasionalku almarhum Pak Abdurrahman
Syah kami akan mengenangmu sepanjang hayat...Alfatihah.
Baca Juga : Aku Hijrah Berlabuh di Universitas Brawijaya