Hari ini Selasa tanggal 25 bulan Desember tahun
2018. Seperti biasa tahun-tahun sebelumnya berkah hujan turun menyirami pohon-pohon
kering, hujan memberi minum binatang melata, menyejukkan suasana dan tentu saja
menyirami tanah gersang dari debu-debu jalanan. Momentum indah untuk berbagi
bahagia sesama anak bangsa dalam mempersatukan jiwa raga dari wujud nyata cinta tanah
air.
Baca : Sertifikat Layak Kawin Cendol Dawet
Baca : Sertifikat Layak Kawin Cendol Dawet
Setiap Desember tiba selalu saja dimedia
sosial kita disbukkan bahkan “bising” dengan perdebatan yang tiada faedah.
Perdebatan unfaedah ini terus menjalar sampai ke ruang-ruang diskusi keagamaan,
ruang diskusi warung kopi hingga ruang-ruang diskusi di hotel-hotel berbintang.
Tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh media sosial (baca: pendakwah youtube),
hingga anak-anak remaja di group-group whatsapp maupun facebook saling komentar
dan saling bertaut statemen menjadi pembenar bahwa komentar-komentarnya bukan
sekedar komentar lebih dari itu, dalam komentar saling memperkuat bahkan saling
menjatuhkan menjadi hal lumrah karena MAHA BENAR KOMENTATOR dengan segala
komentarnya.
Tiap hari masyarakat disuguhkan tontonan di
televisi tentang iklan berbagai macam produk, ada produk kosmetik, produk elektronik
hingga produk perabotan rumah tangga. Apa yang didapat oleh masyarakat dari melihat
televisi ?. Iklan produk merambah diaplikasi-aplikasi game, youtube hingga
media sosial kita penuh dengan produk-produk iklan. Apa yang di dapat oleh
masyarakat dari meng-klik tayangan iklan di media sosial ?. Itulah dunia
advertising kita hari ini, masyarakat menerima manfaat atau tidak prinsip
bisnis adalah keuntungan semata. Tidak pernah kita bersama-sama meng-IKLAN-kan
nilai-nilai persatuan, persaudaraan sesama anak bangsa di media sosial kita,
semua sibuk dengan komentar-komentar yang jauh dari persatuan dan persaudaraan.
Kapan waktu yang tepat persatuan dan
persaudaraan dipromosikan ? masihkah kita harus menunggu untuk memiliki channel
televisi ? waktu yang tepat mempromosikan adalah ketika kita menggunakan media
sosial kita. Handphone ditangan, tidak sekedar alat selfi (foto diri), tidak
untuk sekedar menjelaskan eksistensi diri, atau sekedar menunjukkan
lokasi-lokasi terkini lebih dari itu bahwa media sosial bisa menjelaskan lebih
akurat dan presisi tentang makna penting dari persatuan dan persaudaraan.
Baca : Hoax Musuh Utama Penyelenggara Pemilu
Baca : Hoax Musuh Utama Penyelenggara Pemilu
Desember hampir berlalu, tahun baru hampir
tiba. Gus Dur wafat dibulan ini, sahabat-sahabat menyebutnya desember adalah
bulan Gus Dur. Masih ingat dimana dalam sebuah forum Gus Dur menyatakan bahwa
kemanusiaan itu nilainya lebih tinggi dari kehidupan itu sendiri, karena
sebenarnya kehidupan itu adalah KEMANUSIAAN. Perdebatan berucap “Selamat Memperingati
Natal” adalah perselisihan yang miskin substansi, memperolok-olok ormas yang
menjaga gereja itu juga tidak lebih dari olok-olok yang miskin substansi. Mengkafir-kafirkan,
membid’ah-bid’ahkan, meperkeruh perselisihan yang miskin substansi tidak lebih
dari sikap menjauhkan manusia dari nilai kemanusiaan itu sendiri.
Prasangka-prasangka yang didasarkan dari sikap ketidaksukaan merupakan bagian
terbesar yang melatar belakangi munculnya sikap melawan kemanusiaan dan
menjunjung tinggi perilaku amoral kebinatangan.
Tahun baru 2019 akan tiba, masih ada anak
bangsa yang mempertanyakan dengan ketidaksukaan atas dasar agama yang “miskin
substansi”. Keseharian hidup dan aktivitasnya menggunakan Kalender Syamsiyah (masehi/gregorian),
bahkan aktivitas mengaji hingga reuni menggunakan simbol kalender syamsiyah (masehi/gregorian)
? tetiba saja menolak dan boikot tahun baru, sebegitu ribet dan parah akut-kah dalam
beragama?. Inilah realitas kekiniaan dimana manusia beragama lebih menunjukkan
simbol-simbol daripada substansi nilai kemanusiaan itu sendiri. Tidaklah mudah
melihat realitas sosial kekinian dengan hanya satu kacamata AGAMA. Jadilah
agama sebagai instrumen utama (pedoman) manusia untuk MEMANUSIAKAN MANUSIA !!!