”Apakah kamu tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya
Allah menurunkan air dari langit, maka diatur-Nya menjadi sumber-sumber di bumi
kemudian ditumbuhkannya-Nya dengan air itu tanaman-tanaman yang bermacam-macam
warnanya, lalu ia menjadi kering lalu Kami melihatnya kekuning-kuningan,
kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal”. (QS.Az-Zumar,39:21).
Baca : Pendekar 212 Simbol Lama dan Simbol Baru
Baca : Pendekar 212 Simbol Lama dan Simbol Baru
Sore menjelang petang ini
suasana hujan masih meyelimuti kota Malang, sambil duduk lesehan di meja ruang
tamu kantor ditemani secangkir eits bukan secangkir tapi se-mug besar dengan
hiasan seorang perempuan hebat untuk Jatim bermartabat ya itulah mug sisa-sisa
kampanye..hehe..so tinggalkan dulu politik Jatim yang sejuk penuh warna sebagi percontohan politik nasional itu sejenak sambil minum kopi petang.
Baca : Yuk !!! Sedekah Air Hujan Untuk Bumi
Baca : Yuk !!! Sedekah Air Hujan Untuk Bumi
Hujan terus mengguyur
dueras, beberapa hari yang lalu kota ini di guyur hujan dan banjir dimana-mana,
begitu juga daerah-daerah penyangga kota seperti kabupaten Malang dan kota Batu bila hujan
tiba rasa-rasanya alam sudah tidak bersahabat lagi dalam menyapa keramahan para
penghuninya..hehe.
Apapun jenis bencana yang
terjadi disekitar kita, kini MAHA BENAR NETIZEN DENGAN SEGALA KOMENTARNYA. Komentar
nyinyir, komentar negatif, komentar optimis, komentar punah, komentar dipenjara
karena aniaya anak kecil..ups gak ada hubungannya ya. Permasalahan banjir
berkali-kali diingatkan bahwa bencana itu dibuat dan diciptakan oleh manusia
itu sendiri. Kita secara sadar bahwa kita bagian dari rangkaian perputaran pemasok
banjir itu sendiri. Baca Juga : Menyusuri Arus Pluralitas Menunggu Titah Para Raja Malang Raya
Tidak selamanya banjir
merugikan bagi masyarakatnya, dalam keadaan tertentu banjir membawa manfaat
bagi masyarakat. Kita bisa melihat bahwa masyarakat sering melihat bencana
khususnya banjir dengan kaca mata kuda, alias tidak mau menoleh kanan kiri dari
apa sumber terjadinya banjir itu sendiri. Menyalahkan pembangunan, menyalahakan
struktur tata kota, menyalahkan kualitas perencanaan pemerintah daerah dan tentu
saling menyalahkan sesama netizen (pengguna medsos)..hehe..
Ketika kemarau datang maka
silih berganti menghujat langit karena hujan tidak kunjung datang, ketika hujan
tiba masih tetap menghujat langit karena hujan turun di waktu yang tidak tepat,
begitulah nasib langit tempat mengumpat dan berdoa. Sampai kapan masyarakat
akan menjadi para penghujat, sampai tulisan ini diviralkan tetap saja masih
belum mudah “move on” belajar baik dari bencana.
Meminjam istilah John D
Rockefeller seorang pengusaha alias raja minyak dari medan..ups maaf ralat
seorang raja minyak dari Amerika Serikat dia berkata bahwa “I always tried to
turn every disaster into an opportunity”, jadi kapan kita
memiliki cara pandang “paradigma” bahwa dalam bencana itu ada sebuah peluang
yang harus diambil. Mau atau tidak mengambil peluang itu tergantung dari
kemauan-kemauan kita sendiri sebagai makhluk ramah bencana.
Yuk mulai sekarang cara pandang kita terhadap
bencana kita lakukan peluang-peluang positif lainnya untuk digalakkan seperti Gerakan Memanen Air
Hujan atau biasa disebut PAH (pemanenan air hujan) gerakan ini bila dilakukan
oleh individu disetiap rumah di kota-kota, di desa-desa menjadi gerakan nyata yang sangat
memberi dampak positif bagi sebuah hubungan antara manusia dengan alam.
Baca Juga : Malang Dingin Antara Mitos dan Matos
Baca Juga : Malang Dingin Antara Mitos dan Matos
Tanggal 27-28 November 2018
yang lalu di Yogyakarta telah dilaksanakan Kongres Memanen Air Hujan Indonesia
yang digagas oleh Dr. Agus Maryono dulu penulis pernah ngaji air hujan kepada
beliau di UGM dan bersertifikat lho..hehe. Gerakan Memanen Air Hujan adalah
gerakan kesadaran bersama dalam menjadikan air hujan berguna bermanfaat tidak
dibuang begitu saja. Yuk kita mulai
sedekah air hujan untuk bumi (lihat
gambar-gambar teknik dan cara sederhana dibawah tulisan ini..hehe) bersama-sama kita menuju Gerakan Memanen
Air Hujan (GEMAH RIPAH). Selamat Petang dan Nikmatilah Rintik-rintik Hujaan dengan Se-Mug Kopi !!!
Baca : FPRB Jawa Timur : Living Harmony With Disaster
Baca : FPRB Jawa Timur : Living Harmony With Disaster
Gambar 1 : Teknologi Sederhana Memanen Air Hujan |
Gambar 2 : Siklus Skala Persil Gerakan Memanen Air Hujan |