Hari kedua di Batavia (baca:Jakarta) ini
penulis kenapa tidak cocok dengan menu-menu yang disajikan racikan hotel tempat
menginap. Sebenarnya gejala "lidah tidak cocok" sudah lama sekali
bila berada di hotel tempat menginap. Entahlah sudah berapa kali masuk-keluar
hotel, apalagi di daerah (baca: Malang) puluhan kali menikmati suasana hotel
tapi soal rasa masakan masih bisa ditolerir alias lidah masih dapat mampu
beradaptasi.
Mungkinkah desain lidah manusia eropa,
afrika, berbeda jauh dengn lidah asia..hehe. Lidah asiapun berbeda-beda, Asia
Tenggara berbeda jauh dengan Asia Timur. Lidah serumpun asia tenggarapun
berbeda dengan negara berasal. Lidah satu negarapun berbeda dengan lidah antar
daerah. Lidah antar daerahpun berbeda pula dengan lidah antar Suku, Ras, tentu
bukan lidah Agama lho..
Memang lidah tidak bertulang tak terbatas
kata-kata apalagi bila bicara Agama semua berapi-api seolah-olah bahwa dirinya
sendirian sebagai pembela agama yang lain kurang ghirrah (semangat), dianggap
rendah tekadlah, lemah dan loyolah serta seabrek konotasi pesimis
disematkan..upss.
Agama dibela tidak cukup dengan Kepalan tangan apalagi angkat senjata, agama tidak butuh itu untuk dibela. Sedikit-sedikit pedang, sedikit-sedikit perang, sedikit-sedikit teriak anti inilah anti itulah dan beraneka macam anti dimiliki..hehe. Agama dibela dengan kesantunan, etika luhur tanpa penuh amarah karena sejatinya agama Akhlak itu sendiri..wow..Utusan tuhan terakhir adalah untuk penyempurna Akhlak karena peperangan sudah tidak relevan lagi di Bumi Indonesia.
Agama dibela tidak cukup dengan Kepalan tangan apalagi angkat senjata, agama tidak butuh itu untuk dibela. Sedikit-sedikit pedang, sedikit-sedikit perang, sedikit-sedikit teriak anti inilah anti itulah dan beraneka macam anti dimiliki..hehe. Agama dibela dengan kesantunan, etika luhur tanpa penuh amarah karena sejatinya agama Akhlak itu sendiri..wow..Utusan tuhan terakhir adalah untuk penyempurna Akhlak karena peperangan sudah tidak relevan lagi di Bumi Indonesia.
Kita kembali ke Trotoar, pertama datang
selesai naik hotel berjalan MAJAPAHIT (baca: nama Kereta Api) sebelum cek-in penulis menyempatkan keliling-keliling sekitar
penginapan untuk mencari-cari dimanakah para penjual ditrotoar-trotoar untuk
menikmati siang nan cerah penuh gerah. Akhirnya ditemukanlah suami istri dan
anak kecil yang sedang jualan aneka makanan ringan, ada bakwan, ada tahu
goreng, tempe goreng dan arem-aream (apa itu arem-arem? nasi dibungkus daun
pisang layaknya lontong tapi berisi beberapa jenis sayur, daging dan tempe).
Pokok'e bila arem-arem dimakan bareng bakwan hangat yang terjadi adalah sebuah
kontraksi lidah yang luar biasa..hehe...saking nikmatnya bagi para pemburu
gorengan ditengah himpitan gedung-gedung tinggi, berkamar-kamar tanpa saling
kenal antar penghuni..hihi. Batavia banyak cerite, beberapa kali ke kota ini
yang biasa di cari selain "warung trotoar" tentu warteg alias warung tegal ber-menu semur jengkol...tahukah
anda jengkol? makanan ini diambil dari ati macan..obat kanker paling efektif..hehe
Kini malam mulai pagi, mencoba keluar mencari
udara segar ternyata eh ternyata dikamar hotel lebih segar daripada diluar
udara Batavia. Di trotoar pintu masuk hotel masih bertahan penjual Nasi Goreng,
meski harus antri penulis dengan sabar menunggu karena selera makan ditentukan
oleh lidah, apalagi lidah perpaduan tanah pasundan dan tanah jawa...bersabar
itu beraki-rakit kehulu untuk tidak bersakit-sakit sampai ke hulu...haha..
Trotoar kemaren pagi dan malam ini merupakan
tempat yang cocok untuk pedagang kaki lima, bahkan tidak hanya lima bisa
menjadi kaki enam karena anak sekecil itupun tetap berjualan dengan Ibu,
bapaknya untuk menunggu masa depan cerah kelak. Tuhan memberikan teladan luar
biasa dari perjalanan singkat ini, bahwa Jakarta masih merupakan tempat mengadu
nasib anak-anak bangsa dari seluruh pelosok daerah. Bersyukurlah penulis tetap
membumi meski bertempat tinggal di Kota Kecil Kota Gambiran Ibu Kota
Kepanjen Provinsi Malang Raya..Hehe.
Selamat malam lidahku "wes" pingin
makan Nasi Goreng khas Kaki 6 rasa bintang 5. Balik ke kamar hotel sambil dengarkan duet Iwan Fals
dengan Agnez Monica..lagu nonton dua-duan asyiknye...selamat berakhir pekan cintai
diri dan sayangi keluarga !!