Hujan masih belum reda, beberapa ruas
jalan dipenuhi dengan genangan air. Hujan
memang tidak mengenal waktu dan hari apalagi mengenal wilayah kampanye karena
hujan “anugerah” terindah yang pernah dimiliki..hehe. Setidaknya sedialah
payung sebelum bepergian, karena diera serba digital ini semua harus terencana
dan “matang” dalam mengambil sebuah keputusan dan kini akses pengetahuan cuaca
bisa dipantau dilihat dari smartphone.
Hujan deras tidak menyurutkan para “marketing” dalam memasarkan produk,
seperti siang ini ditengah derasnya hujan penjual bakso itu tetap membunyikan
kentongan khasnya...tok..tok..tok...begitulah bunyi-bunyian memanggil pembeli
oleh penjual bakso keliling ketika memasarkan dagangannya. Selamat menikmati
makan siang saudara ditengah guyuran hujan deras nikmat mana lagi yang perlu
didustakan..hoho.
Penulis ditahun lalu pernah berjanji mau
menulis tentang canvassing politik bisa apa, cek tulisan di klik Nge-DAPIL PILEG dan PILPRES kini
baru sempat menulis meski dalam situasi cuaca hujan deras petir bersahutan.
Petir, halilintar, gledek adalah gejala alam oleh karena itu, saat terjadi
hujan disertai dengan kilat dan petir yang menggelegar, juga sedang terjadi
proses pembersihan udara dari kandungan kuman dan bakteri yang melayang,
disebabkan oleh plasma petir yang sangat tinggi. Setelah hujan reda, petir
sudah selesai, maka udara akan terasa nyaman. Mari kita rasakan dengan seksama,
karena apa yang terjadi di sekitar kita termasuk hujan dan petir, pasti ada manfaat
yang sangat besar, dibalik ancaman “suara” yang sangat menakutkan.
Baca Juga Yuk Memanen Air Hujan !
Bincang-bincang soal “suara” di kota
Malang saja masyarakat urban termasuk mahasiswa jumlahnya sangatlah besar ada 300.000 orang/suara,
belum pemilih urban di kota batu dan kabupaten Malang entahlah ada berapa ? cara
termudah bagi yang ingin pindah memilih bisa mendapatkan formulir A5 di
kelurahan masing-masing sampai tanggal 17 Februari 2019 cukup membawa e-ktp dan
foto copy kartu keluarga, semoga dengan membaca tulisan ini banyak “suara milenial” yang dapat diselamatkan
dari perilaku golput. Perebutan simpatik masyarakat untuk mendapatkan dukungan
dibilik suara telah dimulai sejak kampanye dimulai tahun lalu. Kini
tinggal menghitung hari tidak lebih dari
2,5 bulan masa kampanye akan ditutup dengan masa tenang. Masa tenang dimana
tidak ada kampanye yang diperbolehkan. Pada masa tenang pemilih diberi waktu
untuk memikirkan kembali pilihan mereka sebelum menjatuhkan keputusan dalam
memilih.
Sudah berapa jauh para kandidiat
melakukan kampanye ? ada kandidiat parlemen yang sudah mengklaim dirinya lolos
ke parlemen, ada kandidat yang merasa sudah didukung penuh oleh “pesantren”
besar atau tokoh agama berpengaruh diwilayahnya, ada kandidat yang merasa
diatas angin karena meyakini tanpa berkampanyepun akan mendapatkan tiket
keparlemen. Itu semua sah-sah saja, klaim-mengklaim dalam soal politik hal yang
lumrah, yang paling mendasar adalah apakah klaim itu sejalan dengan apa yang
telah dilakukan dalam berkampanye? Tidak semudah itu karena klaim mengklaim
dukungan politik bisa menjadi bumerang (baca:senjata makan tuan) bagi pengklaim
bila tidak didukung dengan akurasi dilapangan. Disinilah pentingnya canvassing
politik, dimana calon kandidat parlemen (baca:caleg) memetakan dengan
sungguh-sungguh simpul atau titik-titik suara yang telah dilakukan selama masa
kampanye. Simpul-simpul suara itu dievaluasi efektifkah atau hanya sekedar
dukungan kepura-puraan ?. Tinggalkan dukungan kepura-puraan apalagi dukungan
atas nama organisasi atau institusi dan bangun simpul-simpul suara baru
ditempat yang sama dengan aktor yang baru, karena waktu tidak ada babak
tambahan dan sudah tidak bisa ditawar untuk bermain-main kata populernya Nek
Iyo Mosok Ora !.
Canvassing politik merupakan strategi
efektif untuk memastikan kembali “suara” dukungan menggaet simpul suara dan
membangun dukungan baru dengan titik atau simpul suara baru. Canvassing politik
diperlukan sebelum pemilih berubah pilihan, tiga unsur penting dalam melakukan
canvasing politik setelah dilakukan tahap mengenalkan (baca:popularitas),
tingkat kesukaan dan tingkat elektabilitas.
Selamat bercanvassing politik para kandidiat parlemen, masih ada waktu
meski tidak banyak ditengah sisa-sisa energi untuk bergerak untuk menggaet
“meyakinakan” simpati pemilih.
Selamat Sore, jangan lupa NGOPI-LAH !