e6GvGCdbTzFsmYvH0IfUvnO72MWscluP9AUkD1SU

KULINER INDONESIA Vs KULINER ASING: DUKUN BERTINDAK ATAU MARKETING BERGERAK ?


Selera makan minum setiap lidah warga +62 (baca:Indonesia) memang sangat berbeda satu dengan lainya. Lidah memang tak bertulang tak terbatas kata-kata, karena lidahlah orang pandai bersilat hehe...silat lidah maksudnya. Apakah itu silat lidah ? menurut kamus besar bahasa Indonesia silat lidah memiliki pengertian pandai memutar-balikkan perkataan...sekian dulu belajar kamus hari ini gaess.
Kembali pada selera lidah, konon orang Tegal kemanapun pergi yang dicari adalah warteg (baca:warung tegal). Begitupula orang Malang kemanapun berpergian yang dicari Oskab Ngalam (baca:bakso malang), orang Bandung yang dicari diluar kotanya Kue Bandung dan orang Bali pergi ke Jogja yan dicari telor bali..hehe.
Kuliner nusantara yang aneka macam dengan cita rasa yang khas diracik dari bumbu-bumbu pilihan menjadi ikon tersendiri sebuah daerah atau sebagai penanda dari ciri sebuah kebudayaan lokal. Sesekali cobalah anda membeli Tempe di satu daerah tertentu dengan membandingkannya tempe dari daerah lain, pasti memiliki cita rasa yang berbeda. Apa penyebab perbedaan cita rasa tempe tempe tersebut ? jawabnya pastilah membutuhkan kajian yang tidak sederhana perlu dikaji dari sudut pandang mana sesuai dengan selera penikmat tempe tersebut...karena penikmat dan pengamat memiliki sudut pandang yag berbeda ...itu hanya soal tempe...bagaimana dengan sudut pandang melihat realitas kuliner yang maha renyah dan gurih di seluruh pelosok negeri ini, pastilah lidahlah yang menentukan untuk bersilat...hehe..
Masih ingat bukan dulu dimusim kampanye pemilihan umum netizen +62 ramai-ramai ingin memboikot Nasi Padang? Inilah bila cara pandang melihat kuliner dari sudut politik..hehe. Siapa yang tidak familiar dengan Nasi Padang, hampir disetiap sudut kota atau sepanjang jalan dari Sabang sampai Merauke warung Nasi Padang ini eksis dan bertahan ditengah hegemoni gempuran aneka rupa makanan kuliner luar negeri yang semakin menjamur disudut-sudut kota. Nasi Padang, Gudeng Jogja, Bakso Malang, Warung Tegal menjadi penyelamat sebuah persaingan kuliner global. Persaingan di dunia usaha kuliner semakin “ketat” setelah menjamurnya berbagai macam layanan aplikasi online antar jemput makanan, hanya dengan memilih menu yang diinginkan si pembeli cukup menunggu sambil menikmati kopi membaca kabar dunia dalam genggaman menu yang diinginkan akan dikirim dalam rentang waktu yang tidak lama dari berakhirnya keroncongan perut..hehe.
Aneka menu makanan tersaji dengan lengkap mulai dari Tempe Bacem, Tempe Goreng, Tempe Rendang, Rempeyek Tempe, Nugget Tempe dan masih banyak jenis rupa tempe lainnya. Begitupula makanan luar negeri tersaji dengan gambar yang menggugah selera, ada French Fries, Fried Chicken, Burger, hingga tersedia juga Iced Tea, Hot Tea dan banyak lainnya hingga cilokpun dijual dengan nama Chewy Balls..benar-benar menu lokal yang berubah naik kelas akibat efek marketing yang “dahsyat”..Hehe.
Baca Juga : Sore Menjemput Impian
Kata teman traveler yang sudah menikmati berbagai jenis menu makanan dan punya kemampuan melihat realitas “alam kasat mata” menyatakan bahwa kuliner Indonesia itu punya selera yang unik beberapa kali makan di tempat makan melihat aneka jenis makhluk astral menunggu menu makanan dan selalu dipenuh daya magis, fakta ini membenarkan dari apa yang disampaikan pakar kuliner nusantara “Maknyus” almarhum Bondan Winarno bahwa 99 persen bisnis kuliner Indonesia menggunakan jasa dukun atau magic sebagai penglaris.
Peperangan kuliner Indonesia dengan kuliner “Asing”  benar-benar terjadi didunia nyata, sebagai anak bangsa yuk kita kenalkan produk-produk kuliner lokal agar tetap menjadi “tuan” dinegerinya sendiri dengan Marketing yang tepat tanpa harus membakar kemenyan tiap malam Jum’at kliwon...Hehe. Selamat menikmati makan siang !      

Related Posts

Related Posts