Sejak sore anak-anak itu bergerombol
ditepi aspal jalan kampung, jalan desa yang menghubungkan satu rukun tetangga
dengan rukun tetangga lainnya dalam satu wilayah rukun warga. Sambil sesekali
melihat lalu-lalang orang dewasa anak-anak itu bercanda renyah tanpa jeda, ya
begitulah dunia anak-anak menikmati hidup tanpa risiko. Karena risiko tidak
pernah terfikir dalam dunia nak-kanak semua dipikir
keri. Pengemudi sepeda motor yang memakai helm ber-SNI itu hampir bingung
apakah jalanan ini sudah dikuasai oleh anak-anak...penulis melihat dari seberang
teras, pengemudi itu turun dari sepeda dan menuntunnya untuk meminimalisir
risiko dalam berkendara, inilah benar-benar cara orang dewasa yang merdeka
sejak dalam fikiran ! bukankah hidup itu tidak perlu arogan apalagi terhadap
anak kecil...hehe.
Waktu menunjukkan pukul 17.00 menandakan
bahwa waktu akan berganti malam. Sayup-sayup do’a akhir tahun dibacakan dengan
keras dari mushola, ternyata oh ternyata anak-anak tadi itu sedang menunggu
waktu untuk dibacanya do’a bersama dipenghujung akhir tahun. Membaca do’a akhir
tahun seperti ini adalah tradisi baik, tidak hanya untuk mengingat bahwa semakin
bertambahnya usia semakin berkuranglah “jatah” menghirup oksigen gratis. Melihat
tahun lalu sebagai evaluasi untuk menjadi kekuatan di tahun yang akan datang.
Hari-hari yang sudah lewat tidak mungkin terulang, tidak mungkin dinikmati
kembali dengan suasana dan waktu yang sama. Roda kehidupan terus berputar,
tidak ada jam dinding atau jam tangan yang bisa mengembalikan waktu yang telah
berlalu. Kemaren kita mungkin berada dikota atau tempat lain pada waktu yang
sama hari ini kita berada ditempat dengan suasana yang lain. Begitu cepatnya
perputaran waktu hingga ber-santuy ria tidak lagi menjadi pilihan hidup.
Adzan maghribpun berkumandang penanda
bahwa waktu telah berubah dari petang berganti malam dimana kalender hijriyah
yang berpedoman pada berputarnya bulan (qomariyah) telah menunjukkan bahwa
detik ini telah berubah menjadi Tahun Baru. Semua orang memanjatkan do’a
kebaikan untuk tahun yang akan dilewati, berbagai macam harapan dan keinginan
dipanjatkan dalam lafal dzikir-dzikir.
1 Muharram atau bagi tradisi Jawa malam 1
suro adalah malam penting tidak hanya penanda bahwa tahun telah berlalu
diganti dengan tahun baru. Bukan pula 1 suro sebagai penanda bahwa "bowoh" atau "kondangan" alias musim hajatan telah berakhir itu hanya salah sepuluhnya...hehe.
Bagi masyarakat Jawa dan masyarakat Nusantara pada umumnya ritual evaluasi diri lebih “tinggi” lagi maknanya,
tidak sekedar memanjatkan do’a-do’a kebaikan “RAGA” (baca:Materi) yang berupa
sederet daftar harapan (whistlist) tetapi kebudayaan jawa melihat bahwa “JIWA”
yang ada dalam setiap makhluk baik itu manusia ataupun makhluk lainnya berupa benda-benda
pusaka haruslah di ”asah” agar tetap membawa manfaat yang tidak terhingga. Bukankah
tugas seorang hamba tuhan dimuka bumi untuk menjadi pembawa misi manfaat
?..begitulah kura-kura.
Daftar harapan (whistlist) setiap
individu pastilah berbeda-beda satu dengan lainnya, punya target dan misi yang
berbeda. Selalu terjebak dalam lingkar pemenuhan “RAGA” meniadakan “JIWA”
menjadi hal yang lumrah dalam setiap pergantian tahun. Tahun baru Masehi/Syamsiyah,
Tahun Baru Imlek/China, Tahun Baru Saka, dan Tahun Baru Hijriyah/Qomariyah
hanyalah penanda waktu bahwa seberapa besar daftar harapan (wishtlist) “JIWA”
yang sudah dicapai ?.
Selamat tahun baru Hijriyah,
semoga kebaikan-kebaikan hidup selalu menyertai pembaca yang budiman. Daftar
harapan (whistlist) yang mencakup “Jiwa Raga” detik dan malam ini adalah ya
Tuhan jadikanlah INDONESIA MENJADI NEGARA DAMAI BERSATU PENUH OPTIMIS DARI SABANG SAMPAI
MERAUKE, DARI PULAU ROTE HINGGA PULAU MIANGAS dalam BHINEKA TUNGGAL IKA. Amiin !!!
Sebarkan kebaikan-kebaikan dan perkecil
volume kebencian sesama anak bangsa tentu gunakan media sosial untuk kebaikan
yang mempersatukan bukan malah memisahkan. Bagi penulis do’a akhir dan awal
tahun tidak hanya dibaca pada bergantinya tahun hijriyah, tetapi pada tahun
baru masehipun tetap membacanya agar Januari-Desember dan Muharram-Dzulhijjah
terkabul penuh optimis semua whishlist-nya. Selamat semoga wishtlist tiap individu
terpenuhi ditahun ini jangan lupa perbanyak sedekah meski Cuma senyum..hehe.
Yuk Hijrah (Move On) merawat tradisi lama
yang baik dan mewujudkan inovasi tradisi baru yang lebih baik. Apakah karnaval
dengan berserakan sampah dijalanan bagian dari tradisi ? embuhlah...janganlupa
NGOPI !