Beberapa jam yang lalu telah
disampaikan kepada hal layak bahwa warga +62 ada yang terinfeksi virus corona.
Virus yang hadir berbarengan dengan berakhirnya tahun 2019, kini sudah bulan
Maret tahun 2020 berarti dua bulan berlalu dunia digemparkan dengan Virus
Corona.
Konon Virus Corona ini
ditemukan seorang dokter bernama Li Wenliang di kota Wuhan China yang telah
mendeteksi dini dari beberapa pasiennya yang berobat dan memastikan dengan
hasil uji lab bahwa virus ini mirip SARS yang menyerang pernafasan. Hasil
penelitian dokter Li ini mengakibatkan dirinya harus ditangkap karena dianggap
telah menyebarkan sebuah informasi yang meresahakan masyarakat melalui We Chat
meski akhirnya dikemudian hari pemerintah China meminta maaf dan mengakui
kebenaran adanya virus tersebut. Bukankah kita agar tetap belajar sampai ke
China ? dari peristiwa inilah pelajaran dapat diambil pentingnya mencari
pengetahuan hingga ke negeri tirai bambu yang telah di syi’arkan empat belas
abad yang lampau oleh sebaik-baiknya manusia. allohumma sholli ala Muhammad.
Penulis sendiri terkait
perkembangan Virus Corona ini lebih percaya kepada teman penulis yang memang
sedang bekerja di negara China, hampir tiap hari dia mengabarkan situasi dan
kondisi disana pada waktu virus corona menyebar dan bahwa benar adanya tentang
virus tersebut hingga kini disana ditempat dia bekerja telah pulih kembali alias normal dan masyarakat sudah beraktivitas seperti sediakala, sedangkan
di wilayah +62 selalu berlebihan apalagi mengkait-kaitkan virus ini dengan
menyebutnya sebagai TENTARA ALLAH yang diutus menyerang China.
Alammakkk...terus sekarang tentara-tentara itu menyerang Indonesia, Singapura,
Malaysia, Amerika Serikat dan bahkan menyerang Arab Saudi hingga distopnya
perjalanan Ziarah Mekkah-Madinah...sudahlah tidak perlu berlebihan dalam
menyikapi sebuah peristiwa apalagi mengkaitkan dengan hal-hal klenik mistik
“gatokno” dengan menjauhkan diri dari inti pentingnya menjadi SEHAT AKAL dari sebuah kabar
DESAS DESUS.
Apa sih desas desus itu ?
menurut kbbi (baca:kamus besar bahasa Indonesia) desas desus itu percakapan
orang banyak (yang belum tentu benar dan
tidak diketahui sumbernya) alias kabar angin. Virus corona ini menyebar
dari interaksi tidak lagi melalui angin (udara), sesering mungkin kita
berinteraksi dengan hal-hal yang tidak sehat maka potensi semakin besar mengidap
aneka rupa penyakit.
Desas desus semakin semarak
di 19 kota/kabupaten se-Jawa Timur. Virus corona tidak lagi menjadi menu utama
santapan perbincangan menarik di warung-warung kopi pinggir jalan hingga di
cafe-cafe ber-hotspot. Perbincangan yang terjadi ditengah desas desus disatu
daerah dari 19 daerah yang menyelenggarakan pemilihan kepala daerah (PILKADA)
serentak tahun 2020 sedang hangat membincang tujuh belas agustus masih lama
tapi kenapa cat tembok sudah berganti, biasanya tujuhbelas agustus semua
berduyun-duyun gotong-royong memperbaharui cat yang lapuk dan mengganti
dengan warna baru yang berarti bahwa CINTA TANAH AIR harus terus dipelihara
jangan sampe lapuk, iso ae kata seorang perokok cerutu disudut warkop sambil
terkekeh dengan gigi agak menguning akibat nikotin yang tidak terkontrol...hehe...selamat
sore hujan ini kok gak mau reda apa karena dasas desus semakin deras ?
entahlah...
Bagi penulis apapun yang
diperbincangkan dipinggir-pinggir jalan hingga ruang-ruang tamu adalah hal
menarik karena sejatinya fungsi telinga untuk mendengar atas realitas yang ada
di tengah pergumulan masyarakat. Penulis Cuma bertanya apakah Pelayanan Dasar
(Kesehatan, Pendidikan dan Kependudukan) sudah menjadi visi utama dari sebuah
ide-ide "siap melayani" oleh para kandidat ? bila belum lebih baik segeralah ber-Visi
memaksimalkan strategi jitu agar tidak liar menjadi desas desus ditengah ketidak
merataan dan kesenjangan ekonomi yang terjadi ditengah masyarakat...selamat
petang dan janganlupa NGOPILAH...!